Beberapa Peserta Workshop Pemetaan OMS Kabupaten dan Kota Bima di Kantor ACCESS Bima |
BABUJU Report,- Dalam
rangka pemetaan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) se-Kota dan Kabupaten Bima, Yappika
sebagai Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi, bersama Australia Community Development and Civil Society Strengthening Scheme
(ACCESS) Phase II, mengadakan Workshop Pemetaan OMS, di Kantor ACCESS jalan
Gajah Mada, Rabadompu – Kota Bima, yang dilaksanakan selama dua hari yaitu
tanggal 9 & 10 Agustus 2012.
Pemetaan tersebut guna menopang dan mendukung pemetaan
Indeks Masyarakat Sipil (IMS) Kabupaten dan Kota Bima. Disamping itu, dilakukan
inventariasasi OMS se-Kota dan Kabupaten Bima sebagai barometer peta kekuatan
OMS dalam mempengaruhi kebijakan publik yang menggambarkan posisi OMS terkait
dengan kerja-kerjanya mempengaruhi kebijakan public.
Setidaknya 108 OMS diinventarisir sebagai OMS yang eksis dan masih memiliki bargaining position di Bima. Dalam Workshop
yang diikuti oleh Lembaga Pengembangan Dan Partisipasi Demokrasi Rakyat
(LP2DER), Solidaritas Untuk Demokrasi (SOLUD), BAPPEDA Kab Bima, Humas Pemkab
Bima, Forum Masyarakat Tani (FMT) Kab Bima, Komunitas BABUJU, Aisyiyah Kab
Bima, Kader Posyandu Kab Bima, Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (YISA) Bima, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), serta beberapa lembaga lainnya, me-ranking
eksistensitas OMS dalam ‘kacamata’ relasi, metode pendekatan social dan
kekuatan isu yang terbangun.
Dari 108 OMS yang teridentifikasi oleh peserta Workshop, dilakukan
metode analisis dan re-view aktifitas serta secara random dibuat bagan
popularitas serta intensitas pendampingan sectoral dibeberapa tempat yang juga
dilakukan secara acak melalui keterangan dan data awal yang sudah terhimpun
sebelumnya.
Dari skala Keaktifan Isu, Pendampingan wilayah dan sektoral,
kekuatan SDM, tepatguna Tekhnologi, jaringan kerja, serta kemitraan yang luas,
Komunitas BABUJU masuk urutan ke Lima terbaik dan ter-intens dalam hal tingkat responsive
isu dan pengembangan jaringan. LP2DER yang telah berdiri sejak tahun 2001
menempati posisi pertama, diikuti oleh SOLUD yang didirikan pada tahun 1999
kemudian disusul oleh Ormas Muhammadiyah yang memang telah memiliki jaringan structural
hingga tingkat nasional.
Nominasi ke empat adalah Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
Kab Bima dengan berbagai organ ‘sayap’nya. Lalu, Komunitas BABUJU sebagai
Organisasi termuda dan yang dinilai berkembang dengan cepat. Komunitas BABUJU
yang berdiri pada tahun 2009 dianggap telah menjadi salah satu element
berpengaruh terhadap Kebijakan Public di Bima.
Safriatna, selaku Fasilitator kegiatan workshop menyatakan bahwa
pasca kegiatan ini akan terus didorong untuk meningkatkan Indeks Masyarakat Sipil
sebagai tonggak demokrasi. “Ini menjadi
langkah awal dalam merumuskan Studi
Stock Taking Pelayanan Publik, Studi
Stock Taking Desa, Progress Partner
Review (PPR) dalam menopang dan mendukung pemetaan Indeks Masyarakat Sipil
(IMS) Kab dan Kota Bima kedepannya” Ungkapnya.
Yan Suryadin, SS, M.Si, perwakilan Humas Kabupaten Bima mengapresiasi
kegiatan pemetaan OMS sebagai upaya mensinergikan peningkatan Partisipatif social
dalam menumbuhkembangkan roh demokrasi itu sendiri. “Ini Kegiatan yang positif
dan pelibatan element dalam memetakan OMS Bima sudah sangat representative”
ungkapnya.
Tribuana Tunggadewi, ST, dari BAPPEDA Kab Bima melihat
statistika partisipatif OMS dalam turut serta membangun Bima dalam berbagai sector
menjadi sangat penting, sehingga terjadi penguatan-penguatan kebijakan public yang
serta merta ikut menyeimbangkan pembangunan yang terjadi. “Partisipasi aktif
dari berbagai element dalam bentuk masukan serta rekomendasi gagasan menjadi
pertimbangan sendiri oleh para stakeholder
pengambil kebijakan dalam rangka merencanakan pembangunan yang berkelanjutan”
imbuhnya.
Anas, Perwakilan SOLUD melihat
bahwa kegiataan Pemetaan OMS ini merupakan pemetaan relasi OMS yang
menggambarkan mengenai keberadaan dan keberagaman OMS kabupaten/kota,
keterwakilan warga dalam OMS serta interrelasi di antara OMS di kabupaten/kota.
“Disini saya melihat bahwa kegiatan ini dalam rangka pemetaan kekuatan dan
tingkat interaksi dan bargaining
relasi antara OMS yang ada di Kabupaten dan Kota Bima” ungkapnya.
Hal ini diamini oleh Rangga, yang
mewakili Komunitas BABUJU, bahwa kegiatan Workshop Pemetaan OMS ini cukup
positif, karena pemetaaan seperti yang dilakukan ini merupakan Pemetaan
kekuatan OMS dalam mempengaruhi kebijakan publik yang menggambarkan posisi OMS
terkait dengan kerja-kerjanya mempengaruhi kebijakan public. “Ini Kegiatan yang
cukup strategis dalam pemetaan potensi kekuatan, termasuk pembacaan untuk kerja
politik, namun saya lebih cenderung melihat pemetaan kekuatan OMS dalam
mempengaruhi kebijakan public”. Jelasnya.
Safriatna sebagai Fasilitator menegaskan bahwa Hasil
workshop pemetaan OMS ini nantinya akan dimanfaatkan dalam Lokakarya IMS untuk melengkapi gambaran mengenai keberadaan
OMS di kabupaten/kota dan sejauh mana pengaruhnya pada perubahan yang terjadi
di kabupaten/kota serta interrelasi di antara OMS itu sendiri. “Hasil pemetaan
OMS juga tidak dimaksudkan untuk menampilkan prestasi di antara OMS. Perbedaan
posisi OMS dalam pemetaan lebih mencerminkan perbedaan dalam hal strategi
(pilihan) organisasi yang bersangkutan.” Tegasnya.