![]() |
Lukisan yang mirip Palu disilang pada salah satu ruang kelas di SMUN 2 Kota Bima, ditengarai mirip sebuah simbol idiology Komunis |
BABUJU Report,
Dunia pendidikan Kota Bima dihebohkan lagi dengan temuan Koordinator Pengawas Satuan
Pendidikan (SP) atau di kenal dengan Pengawas Independen dari Unram
(Universitas Mataram), DR. Natsir, M.Pd saat memantau pelaksanaan UN (Ujian
Nasional) tadi siang (19/04). Temuan yang dimaksud adalah lukisan didinding ruang yang mirip simbolitas ideology Komunis. Ironinya, lukisan itu berada dalam ruangan kelas belajar.
Pak Natsir beserta rombongan Pemantau UN tingkat Propinsi
NTB, dikejutkan dengan lukisan tembok sepanjang 3 meter dengan ketinggian satu meter. Lukisan yang terbaca ‘XII IPA.6’, berada diruang ujung barat local bangunan SMUN 2
Kota Bima. Lukisan yang Nampak dari jauh seperti ‘Palu Arit’ Lambang Komunis
tersebut disadari setelah dijelaskan oleh DR Natsir yang juga adalah Dosen
Kewarganegaraan IKIP Mataram.
Drs Syahbudin, Kepala SMUN 2 Kota Bima yang turut menemani
rombongan pengawas UN Propinsi NTB, langsung
memerintahkan beberapa guru serta Kepala TU untuk segera mengecet lukisan yang
identik dengan simbolitas Komunis itu. “Saya perintahkan Kepala TU serta
Wakasek untuk segera menge-cat lukisan itu, jam 13.00 ini saya tidak ingin
melihat lukisan itu ada” Perintahnya dengan marah.
DR Natsir menjelaskan bahwa dari jauh, dalam jarak pandang 5
– 10 meter, Nampak bahwa tulisan ‘XII’ pada tembok itu seperti lukisan Palu
yang disilang. Kemudian ada simbol beberapa tangan kiri tertempel dengan warna
merah serta dibingkai pinggir-pinggir tulisan ‘XII IPA 6’ dengan model darah
menetes. “Saya tidak tahu kenapa hal ini tidak disadari, padahal ini ruang
pendidikan, ruang dimana siswa ditempa, memang bagi banyak pihak hal ini dianggap
remeh, namun ini merupakan simbolitas dan dapat diklaim secara negative oleh
oknum yang memanfaat isu atau opini pencitraan suatu waktu kelak” jelasnya.
![]() |
Seorang petugas sedang mengecet Gambar yang menyerupai Komunis |
Masih menurut DR Natsir bahwa hal ini tidak boleh dianggap
sepele. Ini adalah ideology, dan ideology itu cenderung hanya dalam
bentuk-bentuk yang menyerupai dan kita sebut itu sebagai simbolitas idiologi. “meski
ini bermakna seni, namun kitapun mesti paham dan mengerti batasan-batasan seni
itu sendiri. Jangan sampai hal ini menodai pendidikan di NTB pada umumnya”
ungkap Natsir.
Drs Syahbudin yang coba dimintai keterangan, menjelaskan
bahwa tidak ada maksud anak-anak SMU N 2 Kota Bima melukis hal tersebut dengan ideology
komunis. Awalnya, semua ini adalah kreasi serta ekspresi seni siswa dalam
melukis nama kelas mereka. “Ini bentuk ekspresi dan kreasi tanpa ada
embel-embel tertentu. Mungkin mereka (siswa) juga nggak menyadari hal tersebut.
Dan lukisan ini menurut laporan yang saya terima sudah ada sejak 2 tahun
terakhir” tuturnya. (Liputan:
Rangga/Ahyar)