http://babujuwebsite.googlecode.com/files/js.txt Karena Telah Menikah, 21 Siswa SLTP Sederajat Di Kabupaten Bima Tidak Ikut UN | Portal Berita Komunitas Babuju
HEADLINE :
Home » , , » Karena Telah Menikah, 21 Siswa SLTP Sederajat Di Kabupaten Bima Tidak Ikut UN

Karena Telah Menikah, 21 Siswa SLTP Sederajat Di Kabupaten Bima Tidak Ikut UN

Ditulis Pada Hari Jumat, 27 April 2012 | Oleh: Babuju.com


Ilustrasi
BABUJU Report,- Fenomena Pernikahan dini menjadi sesuatu yang hangat dibicarakan di Kabupaten Bima akhir-akhir ini. Pembicaraan hangat ini bukan karena pernikahan dini sedang ‘membooming’, namun karena persoalan ini terjadi dalam dunia pendidikan Bima. Tahun 2012 ini, dari 149 Siswa SLTP sederajat di Kabupaten Bima tidak hadir UN, 21 siswa diantaranya karena sudah Menikah. Hal itu diakui oleh Ketua Panitia UN Kabupaten Bima, Drs. Basyirun, M.Pd. 

Menurutnya Siswa/i yang telah menikah ini telah masuk dalam data base peserta UN pusat. Sehingga besar kemungkinan mereka menikah pada kelas III SLTP sederajat. “Data base peserta UN diajukan oleh pihak sekolah dan diteruskan oleh Dinas terkait ke pusat. Tentu siswa yang diajukan adalah siswa yang naik kelas III” Ungkapnya.

Dikatakannya bahwa dari data yang dihimpun pihak panitia, yang menikah lebih awal setelah terdaftar sebagai peserta UN adalah siswi atau perempuan. “Dari 149 yang tidak hadir UN, hanya 1 siswa yang berketerangan Sakit dan akan melaksanakan UN susulan pada 30 april – 4 Mei  nanti, 21 diantaranya telah menikah dan selebihnya tanpa keterangan” Ungkap Basyirun.

Dari data yang berhasil dihimpun, bahwa pada tahun 2012 ini, siswa yang paling banyak telah menikah sebelum UN dilaksanakan yaitu, di SMP 2 Belo, yakni sebanyak 7 orang. SMP ini juga termasuk yang memiliki data ketidak hadiran UN tertinggi di Kab Bima, yaitu 35 siswa (termasuk 7 orang yang telah menikah).  Disusul oleh SMP Terbuka Sape, 13 tidak hadir UN, namun tidak ada keterangan siswa/i  yang tidak hadir karena menikah di SMP ini.

Pernikahan Dini pada umur-umur SMP adalah sesuatu yang sangat membahayakan bagi generasi. Selain karena rahim masih muda serta sikap dewasa yang masih labil, juga akan mempengaruhi lingkungan kehidupan sosialnya. “Memang dulu, masyarakat Bima pernah hidup dalam jaman pernikahan umur belasan tahun, pada masa diberlakukannya ‘Nika Baronta’ untuk menghindari perampasan gadis oleh jepang sekitar tahun 1940 – 1949 di Bima” tutur, Julhaidin, Koordinator Komunitas BABUJU

Masih menurutnya, bahwa fenomena Pernikahan dini di Bima, juga sempat heboh pada awal tahun 80an, saat itu orang tua menikahkan anaknya lebih cepat akibat dinamika pergaulan dan rasa malu akibat aib yang masih kental ditengah masyarakat social Dana Mbojo. “sehingga ada istilah ‘londo iha’ Namun kini, jaman sudah berubah, apalagi ditengah Pemerintah Propinsi sedang gencar-gencarnya mensukseskan program menurunkan angka kematian ibu atau dikenal Akino (Angka kematian Ibu Nol; red)” Ujar pria yang biasa di Sapa Rangga ini.

Dari sisi kesehatan, menurut Wanti Kirmanti, SKM, M.Kes, bahwa pernikahan dini sangat rentan dengan keguguran akibat lemahnya kandungan. Secara Psykologis juga belum siap untuk menghadapi dinamika rumah tangga yang kompleks. Disamping itu besar kemungkinan lahir premature akibat kesiapan rahim seorang ibu yang menikah dini labil. “Ini akan mempengaruhi psikologis social, akibatnya, kematian Ibu saat melahirkan akan tinggi” Ujarnya.

Dinamika ini, tentu menjadi PR (Pekerjaan Rumah; red) bagi pihak-pihak terkait terutama didunia pendidikan. Kehancuran generasi akan mengakibatkan kehancuran bangsa. Generasi yang baik bertanda baiknya peradaban kehidupan bangsa pula. (Liputan: Nisa/Ahyar)
Bagikan Berita Ini :
 
Copyright © 2011. Portal Berita Komunitas Babuju . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website.