
Ia mengatakan, deflasi tertinggi terjadi di Kota Kendari sebesar 2,98 persen dan terendah di Kota Sumenep sebesar 0,02 persen. Sementara Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara dari lima Kota yang menghitung IHK tercatat tiga kota mengalami inflasi, yaitu Kota Bima sebesar 0,97 persen, Kota Maumere 0,18 persen dan Kota Denpasar 0,13 persen. ”Sedangkan Kota Mataram dan Kota Kupang mengalami Deflasi masing-masing sebesar 1,01 persen dan 0,03 persen,” ujarnya.
Soegarenda mengatakan, jika di gabungkan, Kota Mataram dan Kota Bima mengalami deflasi pada oktober 2011 sebesar 0,59 persen karena adanya penurunan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,60 persen. Deflasi tersebut juga terjadi karena adanya penurunan indeks pada kelompok sandang sebesar 1,14 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,98 persen dan kelompok bahan makanan 0,31 persen. Sementara kelompok yang mengalami inflasi, kata dia, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,45 persen, kelompok kesehatan 0,17 persen. ”Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tidak memberikan andil deflasi pada oktober 2011,” ujarnya.
Jika dirinci menurut kota-kota indeks harga konsumen (IHK) di NTB, kata Soegarenda, Kota Mataram mengalami Deflasi pada oktober 2011 sebesar 1,01 persen dan laju inflasi tahun kalender (Oktober 2011-Desember 2010) sebesar 3,30 persen. Laju inflasi tahun ke tahun Kota Mataram untuk Oktober 2011 terhadap Oktober 2010 sebesar 3,30 persen. Sementara Kota Bima mengalami inflasi pada Oktober 2011 sebesar 0,97 persen dan inflasi dan laju inflasi tahun kalender (Oktober 2011-Desember 2010) sebesar 4,68 persen. ”Laju inflasi tahun ke tahun Kota Bima untuk Oktober 2011 terhadap Oktober 2010 sebesar 6,49 persen,” imbuhnya. (Sumber: Antara)