BABUJU Report,- Kenekatan Eni (20), menenggak obat nyamuk Baygon, berakibat fatal. Mahasiswi salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Bima itu terpaksa di bawa ke ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima karena kondisinya memrihatinkan.
Mukanya pucat dan sering muntah. Dari Informasi yang berhasil dihimpun, aksi nekat Eni yang diidentifikasi warga kecamatan Wera Kabupaten Bima itu dipicu masalah asmara. Sebelum menenggak batangan obat nyamuk yang ditumbuknya, mahasiswi yang in the kos di wilayah Sadia itu ditengarai sedang bermasalah dengan kekasihnya.
Rabu (19/10) siang lalu, kata sumber, Eni diketahui menelepon kekasihnya yang diketahui adalah seorang guru di kecamatan Belo. Saat itu, dia meminta kekasihnya ke kos untuk melepas rindu. Namun, sang kekasih tidak bisa, karena sedang mengajar. Penolakannya itu, rupanya memantik kekecewaan Eni. Rabu malam, dia lantas menenggak hasil tumbukannya itu. Kenekatannya itu berakibat fatal. Mukanya pucat dan sering muntah-muntah. Rekan sesama kos yang prihatin dengan kondisi Eni pun lantas membawanya ke RSUD Bima. Petugas IGD RSUD Bima, dr. Santi, membenarkan Eni masuk ruangan IGD RSUD Bima, kamis (20/10) pagi. Hanya saja, belum diketahui jelas penyebab Eni dirujuk, karena terkesan tidak kooperatif kepada petugas. Pihak yang mengantar Eni hanya mengaku sakit perut.
Diakuinya, kepada petugas, Eni tidak pernah menjawab ketika ditanya mengenai apa yang dilakukan dan dirasakannya sehingga mukanya pucat dan muntah-muntah.Malah, saat ditanya petugas, Eni membuang muka. ”Pasien ini sepertinya tidak kooperatif dengan kita. Kalau di ajak ngomong selalu buang muka” Ujar Santi di RSUD Bima, Kamis. Kendati Eni tidak jujur apa yang diminum, kata Santi, namun kondisinya menunjukkan jika remaja itu meminum Baygon. ”Tapi, syukurnya dia minum Baygon bakar yang ditumbuk sehingga tidak terlalu riskan terhadap nyawanya,” terang Santi.
Dari pantau, Eni yang dirawat di ruangan IGD RSUD setempat, sedang ditunggu oleh sejumlah orang yang mengaku rekan dan keluarganya. Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh dari mereka, karena enggan mengomentarinya. ”Tidak apa-apa, Eni hanya sakit perut,” ujar seseorang yang mengaku keluarganya. (Sumber: Harian Bimeks, BE.19)