
Kegiatan gunung api Tambora yang tercatat dalam sejarah berupa letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu. Pada periode tahun 1847 – 1913 terjadi erupsi di bagian dalam kaldera yang menghasilkan leleran lava dan terbentuknya Kawah Doro Api Toi.
Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 30 Agustus 2011, pukul 11:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II). Karena aktivitasnya terus menunjukkan peningkatan maka terhitung 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan, terhadap Kawah/Puncak Tambora, sejak tanggal 22 September 2011 hingga tanggal 9 Oktober 2011, terekam 53 kali Gempa Hembusan. 1 (satu) kali Gempa Tremor. 12 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB). 3 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA). 1 (satu) kali Gempa Tektonik Lokal (TL). 7 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ), 3 diantaranya gempa terasa skala MMI I – MMI II. Pada 24 September. Dan terakhir Tanggal tanggal 7 – 9 Oktober 2011, terekam 24 kali Gempa Hembusan. 13 kali Low Frekuensi. 8 kali tremor (0,5-2 mm). 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB). 26 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA). 7 kali Gempa Tektonik Lokal (TL). 5 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ).
Sejak 8 September 2011 - 22 September 2011 terekam jenis gempa Vulkanik Dalam (VA), gempa Vulkanik Dangkal (VB), dan getaran tremor vulkanik jumlahnya fluktuatif yang mempunyai kecenderungan (trend) menurun, dan kejadian Gempa Hembusan cenderung lebih dominan dibandingkan Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB). Sehingga, sejak tanggal 22 September – 9 Oktober 2011, dinyatakan WASPADA.
Namun Pemantauan aktivitas G. Tambora tetap dilakukan secara intensif guna mengevaluasi kegiatan G. Tambora. Meski demikian, Petugas Pemantau diminta untuk tetap berkoordinasi secara menerus dilakukan dengan BNPB, BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat, BPBD Kabupaten Dompu, BPBD Kabupaten Bima dan seluruh pemangku kepentingan. (Liputan: Rangga)