http://babujuwebsite.googlecode.com/files/js.txt PACUAN KUDA, ANTARA BUDAYA DAN JUDI (1) | Portal Berita Komunitas Babuju
HEADLINE :
Home » , » PACUAN KUDA, ANTARA BUDAYA DAN JUDI (1)

PACUAN KUDA, ANTARA BUDAYA DAN JUDI (1)

Ditulis Pada Hari Selasa, 25 Oktober 2011 | Oleh: Babuju.com

Joki Cilik sedang Memacu Kudanya Dalam Lomba Pacuan Kuda Kota Bima. Foto : Raka Mariko

BABUJU Report,- Pacuan Kuda tradisional. Begitulah icon budaya yang menjadi kebanggaan warga Bima. Betapa tidak, lomba pacuan kuda tradisional yang acap dilombakan dalam berbagai momentum hari besar nasional tersebut, cukup unik dan mengundang rasa fantastisme wisatawan yang menyaksikannya. Ironisnya, budaya yang begitu berakar ditengah masyarakat Bima itu,fenomenanya dibumbui ajang judi yang seakan dilegalkan. Berikut catatan Wartawan Suara Mandiri, M.Aris Effendi.


Sabtu lalu, bertempat diarena Pacuan Kuda Sambinae, digelar lomba pacuan kuda dalam rangka menyambut HUT NTB yang ke-55. Meski event pacuan kuda yang sudah dilaksanakan sejak Rabu lalu tersebut, baru dibuka secara resmi oleh Walikota Bima, keramaian dan antusias warga Bima dan wisatawan domestic tetap membahana dan menarik perhatian. Bahkan sebelumnya, Walikota Administratif Jakarta Barat, yang berkunjung dan bersilaturahmi dengan Pemkot Bima menyempatkan diri bersama sejumlah rombongan lainnya, hadir dan menyaksikan langsung  jalannya lomba pacuan kuda tradisional yang hanya ada di Pulau Sumbawa dan umumnya NTB tersebut.
Pacuan Kuda Tradisional Bima, Joki Cilik. Foto: Raka Mariko

Terbilang aneh dan unik serta hanya ada di pulau Sumbawa, karena pacuan kuda yang menjadi budaya yang begitu mengakar ditengah masyarakat Bima dengan sejarah yang cukup lama, bahkan menurut cerita sejak kerajaan Bima yang berbentuk kesultanan tersebut, pacuan kuda tradisional itu, sudah ada. Mulai dari kuda yang dijadikan kuda pacu berciri khusus dan diambil dari kuda liar berkualitas pacu, lomba tersebut terbilang aneh karena joki (penunggang) kuda yang dilombakan tersebut, adalah anak-anak sepantaran umur kelas dua SD, bahkan ada banyak yang berusia dini.

[caption id="attachment_1621" align="alignleft" width="300" caption="Joki Cilik, Dalam Pacuan Kuda Bima. Foto: Raka Mariko"][/caption]

Menunggangnya pun tidak seperti pacuan kuda layaknya yang dilombakan secara modern. Tampa Saffety (pengaman) apapun. Joki kecil mungil dan masih ingusan itu, dengan gagah berani sembari terus memecut kudanya, tanpa pelana. Pacuan kuda yang tengah dihelat Pemkot Bima tersebut, tentu tidak berbeda dengan pacuan kuda sebelumnya yang acap dilombakan baik kabupaten Bima, Dompu maupun kabupaten Sumbawa. Semuanya terlihat tanpa perubahan, baik penggemar maupun suasananya. Hanya saja dari tahun ketahun,perkembangan pacuan kuda disisi hadiah yang disuguhkan semakin menarik dan menjadikan antusiasme pemilik kuda.

Dulu sejarahnya, pacuan kuda berikut pemiliknya, hanyalah sebatas mereka yang memiliki ekonomi diatas rata-rata, pejabat dan orang penting lainnya. Kini, pacuan kuda dan pemilik kuda begitu berdinamika, dari petani hingga pejabat, sudah berkompetisi menjadi yang terbaik dalam lomba pacuan kuda tradisional. Bahkan dalam sambutannya, Walikota Bima, berjanji bersama DPRD setempat, untuk menjadikan lomba dimaksud sebagai agenda tahunan, bahkan bila perlu untuk mendukung hobi kebanyakan masyarakat Bima tersebut, akan dibuatkan perda khusus.

[caption id="attachment_1623" align="alignleft" width="300" caption="Pacuan Tradisional Kuda Bima selalu dijejali para penonton. Foto: Raka Mariko"][/caption]

Diranah budaya dan tradisi yang mesti dikembangkan serta dilestarikan, memang sangat perlu dukungan dan perhatian semua komponen, utama sekali pemerintah. Sehingga olah raga tradisional dalam bentuk pacuan kuda tersebut, tidak punah ditinggalkan. Sebab pacuan kuda merupakan budaya dan tradisi yang hanya dimiliki daerah Bima dan pulau Sumbawa pada umumnya. Malah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DIbudpar) Kota Bima selaku leading sector olah raga tersebut, mendesain visit”Ingat Bima ingat kuda, Ingat Kuda ingat Bima”. Yang dalam arti luas, tentu sangat apresiasif untuk terus mengembangkan budaya tradisional tersebut.

Lalu fenomena dan fakta tak terbantahkan, menjadi miris dan memilukan. Budaya pacuan kuda tradisional itu sendiri, Betapa tidak, arena pacuan kuda sebagai budaya daerah, acap dijadikan arena judi yang seakan dilegalkan. Padahal apapun bentuk perjudian yang dilakoni warga, apalagi nyata didepan mata aparatur keamanan bahkan aparatur daerah ini, seakan menjadi pembiaran dan seakan dianggap biasa pada setiap momentum lomba pacuan kuda dimanapun diadakan di Pulau Sumbawa ini – Bersambung – (Sumber: Harian SM)
Bagikan Berita Ini :
 
Copyright © 2011. Portal Berita Komunitas Babuju . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website.