[caption id="attachment_1096" align="alignleft" width="300" caption="G. Tambora yang dipotret dari Desa Kawinda To'i Kec Tambora"]
[/caption]
BABUJU Report,- Gunung Tambora yang terletak dikabupaten Bima dan Dompu, Propinsi NTB, beberapa hari terakhir menjadi bahan perbincangan serius karena Gunung yang cukup lama ‘istrahat’ itu, kini mulai ‘batuk-batuk’. Gunung yang dikenal dengan letusannya yang Dahsyat pada 5 April 1815, hingga menewaskan kurang lebih 200.000 orang diseluruh pelosok Dunia serta membuat iklim dunia berubah dan musim tak menentu.
Kini, geliat itu kembali mulai nampak, pada 30 Agustus 2011 yang lalu, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) menerangkan bahwa Gunung Tambora ditetapkan berstatus WASPADA (Level II). Surat tersebut diterima Satlak PB (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana), BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Propinsi NTB yang diteruskan kepada BPBD Kab Bima.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan Status Waspada G. Tambora pada pukul 11.00 Wita, hari selasa, 30 Agustus 2011. Hal ini dikarenakan Peningkatan gempa sejak awal Bulan Agustus 2011 hingga 29 Agustus kemarin, setidaknya telah terekam 272 kali kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA), 141 kali kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB), 276 kali kejadian gempa Tektonik Jauh, 85 kali kejadian gempa Tektonik Lokal, 79 kali kejadian gempa Low Frekuensi (LF). Sesuai dengan data PVMBG yang terkirim dan direleas melalui website resmi PVMBG.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui surat nomor 1608/45.03/BG/2011 tanggal 30 Agustus 2011 menginformasikan tentang peningkatan status Gunung Tambora dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II). Dalam surat yang ditujukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Gubernur NTB, Bupati Dompu dan Bupati Bima tersebut, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR. Surono menyatakan, Gunung Tambora terletak di kabupaten Dompu dan Bima secara geografis terletak pada posisi 08′ 15,00 LS dan 118′, 00 BT dengan ketinggian 2.851 meter diatas permukaan laut (dpl).
Pada Kamis siang kemarin (8/9), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan informasi melalui situs resminya (www.pvmbg.bgl.esdm.go.id). Bahwa Status Tambora telah dinaikan dari Level II (Waspada Tambora) ke Level III (Siaga Tambora). Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Hal ini berdasarkan dari hasil pemantauan sejak tanggal 1 sampai 7 September 2011 menerangkan bahwa terekam 86 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-9 mm (dominan 5 mm), 13 kali Gempa Low Frequency (LF), 27 kali kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 8 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 176 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 38 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
Pengawas Pos PGA Tambora Abdul Haris dihubungi Jum’at (9/9) mengatakan, alat pembaca getaran belum membaca adanya gempa vulkanik yang tercatat pada alat tersebut. Selain itu, adanya hembusan asap kawah sudah tidak terpantau lagi, namun warga diminta untuk tetap waspada.
“Kondisinya masih biasa belum ada peningkatan yang cukup signifikan, catatan seismograf juga tidak terdeteksi adanya gempa yang mengkhawatirkan,” katanya.
Meski statusnya telah dinaikan, cacatan seismograf di Pos PGA Tambora di Desa Doropeti yang mengarah ke terjadinya gempa vulkanik dan Tektonik yang besar tidak nampak. Kondisi gunung Tambora yang dipantau dari Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Haris melanjutkan “sejak ditingkatkan statusnya dari waspada level II menjadi Siaga level III, Gunung Tambora belum menunjukkan aktivitas vulkanologi lanjutan. Terjadinya gempa vulkanik dengan kekuatan kecil seperti sebelumnya, masih terjadi namun sudah tidak se-intens kemarin-kemarin” Ungkapnya
Nurdin, salah seorang guru yang mengajar di SD Sori Katupa, Tambora, Pagi tadi (9/9) menyatakan melihat kepulan awan abu-abu yang keluar dari kawah gunung Tambora bersama beberapa masyarakat sekitar dan para siswa di SD tersebut. “Pagi ini saya melihat kepulan awan putih agak abu-abu tepat diatas kawah Tambora. Saya sendiri was-was, terpaksa kami pulangkan siswa lebih cepat” Ungkapnya ketika dihubungi oleh BABUJU Report.
Nurdin juga mengakui bahwa seminggu terakhir tidak merasakan gempa seperti halnya minggu lalu yang terjadi hampir tiap hari. Meski tidak besar, namun membuat masyarakat disekitar Sori Katupa Kecamatan Tambora khawatir.
Peningkatan status Gunung Tambora dari Level II ke Level III, membuat warga di Kecamatan Pekat terutama warga desa di kaki Tambora seperti desa Nangamiro, Pancasila, Doropeti, Pekat dan Sorinomo, resah. Warga meminta pemerintah untuk memberikan informasi yang benar dan segera menyiapkan bantuan manakal bencana letusan Tambora itu terjadi.
Sehubungan dengan status kegiatan G. Tambora “SIAGA (LEVEL III)” Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sendiri meminta kepada Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan untuk tidak diperbolehkan melakukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan atau dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat di sekitar G. Tambora tetap tenang, tidak tepancing isu-isu tentang letusan G. Tambora.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora. Jikapun terjadi hal-hal yang darurat, diharapkan agar Masyarakat selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB yang kini siaga di pusat Pemantauan G. Tambora Desa Pekat dan Desa Doro Peti.
Dalam, hal ini PVMBG meminta kepada Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Liputan: Rangga)

BABUJU Report,- Gunung Tambora yang terletak dikabupaten Bima dan Dompu, Propinsi NTB, beberapa hari terakhir menjadi bahan perbincangan serius karena Gunung yang cukup lama ‘istrahat’ itu, kini mulai ‘batuk-batuk’. Gunung yang dikenal dengan letusannya yang Dahsyat pada 5 April 1815, hingga menewaskan kurang lebih 200.000 orang diseluruh pelosok Dunia serta membuat iklim dunia berubah dan musim tak menentu.
Kini, geliat itu kembali mulai nampak, pada 30 Agustus 2011 yang lalu, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) menerangkan bahwa Gunung Tambora ditetapkan berstatus WASPADA (Level II). Surat tersebut diterima Satlak PB (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana), BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Propinsi NTB yang diteruskan kepada BPBD Kab Bima.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan Status Waspada G. Tambora pada pukul 11.00 Wita, hari selasa, 30 Agustus 2011. Hal ini dikarenakan Peningkatan gempa sejak awal Bulan Agustus 2011 hingga 29 Agustus kemarin, setidaknya telah terekam 272 kali kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA), 141 kali kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB), 276 kali kejadian gempa Tektonik Jauh, 85 kali kejadian gempa Tektonik Lokal, 79 kali kejadian gempa Low Frekuensi (LF). Sesuai dengan data PVMBG yang terkirim dan direleas melalui website resmi PVMBG.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui surat nomor 1608/45.03/BG/2011 tanggal 30 Agustus 2011 menginformasikan tentang peningkatan status Gunung Tambora dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II). Dalam surat yang ditujukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Gubernur NTB, Bupati Dompu dan Bupati Bima tersebut, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR. Surono menyatakan, Gunung Tambora terletak di kabupaten Dompu dan Bima secara geografis terletak pada posisi 08′ 15,00 LS dan 118′, 00 BT dengan ketinggian 2.851 meter diatas permukaan laut (dpl).
Pada Kamis siang kemarin (8/9), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan informasi melalui situs resminya (www.pvmbg.bgl.esdm.go.id). Bahwa Status Tambora telah dinaikan dari Level II (Waspada Tambora) ke Level III (Siaga Tambora). Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Hal ini berdasarkan dari hasil pemantauan sejak tanggal 1 sampai 7 September 2011 menerangkan bahwa terekam 86 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-9 mm (dominan 5 mm), 13 kali Gempa Low Frequency (LF), 27 kali kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 8 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 176 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 38 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

“Kondisinya masih biasa belum ada peningkatan yang cukup signifikan, catatan seismograf juga tidak terdeteksi adanya gempa yang mengkhawatirkan,” katanya.
Meski statusnya telah dinaikan, cacatan seismograf di Pos PGA Tambora di Desa Doropeti yang mengarah ke terjadinya gempa vulkanik dan Tektonik yang besar tidak nampak. Kondisi gunung Tambora yang dipantau dari Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Haris melanjutkan “sejak ditingkatkan statusnya dari waspada level II menjadi Siaga level III, Gunung Tambora belum menunjukkan aktivitas vulkanologi lanjutan. Terjadinya gempa vulkanik dengan kekuatan kecil seperti sebelumnya, masih terjadi namun sudah tidak se-intens kemarin-kemarin” Ungkapnya
Nurdin, salah seorang guru yang mengajar di SD Sori Katupa, Tambora, Pagi tadi (9/9) menyatakan melihat kepulan awan abu-abu yang keluar dari kawah gunung Tambora bersama beberapa masyarakat sekitar dan para siswa di SD tersebut. “Pagi ini saya melihat kepulan awan putih agak abu-abu tepat diatas kawah Tambora. Saya sendiri was-was, terpaksa kami pulangkan siswa lebih cepat” Ungkapnya ketika dihubungi oleh BABUJU Report.
Nurdin juga mengakui bahwa seminggu terakhir tidak merasakan gempa seperti halnya minggu lalu yang terjadi hampir tiap hari. Meski tidak besar, namun membuat masyarakat disekitar Sori Katupa Kecamatan Tambora khawatir.
Peningkatan status Gunung Tambora dari Level II ke Level III, membuat warga di Kecamatan Pekat terutama warga desa di kaki Tambora seperti desa Nangamiro, Pancasila, Doropeti, Pekat dan Sorinomo, resah. Warga meminta pemerintah untuk memberikan informasi yang benar dan segera menyiapkan bantuan manakal bencana letusan Tambora itu terjadi.
Sehubungan dengan status kegiatan G. Tambora “SIAGA (LEVEL III)” Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sendiri meminta kepada Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan untuk tidak diperbolehkan melakukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan atau dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat di sekitar G. Tambora tetap tenang, tidak tepancing isu-isu tentang letusan G. Tambora.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora. Jikapun terjadi hal-hal yang darurat, diharapkan agar Masyarakat selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB yang kini siaga di pusat Pemantauan G. Tambora Desa Pekat dan Desa Doro Peti.
Dalam, hal ini PVMBG meminta kepada Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Liputan: Rangga)