
Sebuah ledakan cukup keras mengguncang desa Sanolo Kab Bima. Ledakan tersebut terdengar hingga radius 2 km, terjadi pada pukul 17.05 Wita. Ledakan dengan kepulan asap putih bersumber dari sebuah ponpes yang bernama Umar bin Khattab. Tempat Syakban mengenyam pendidikan sebagai santri. Syakban adalah pelaku penikaman Brigadir Rokhman, anggota Polsek Bolo, hingga tewas pada subuh hari 30 Juni yang lalu.
Warga desa Sanolo sore itu panik, sebab nama Ponpes Umar Bin Khattab kerap disebut-sebut beberapa hari terakhir sebagai Islam bergaris keras. Wargapun tidak ada yang berani mendekati lokasi ledakan, selain itu santri Ponpes tersebut juga tidak ada yang keluar dan menginformasikan apa sesungguhnya yang sedang terjadi.
30 menit kemudian. Polsek Bolo tiba di Desa Sanolo dan disusul oleh Dalmas Polres Bima Kabupaten. Tepat jam 18.20 Wita bersamaan dengan Adzan magrib, Kapolres Bima, AKBP Fauzan Barito tiba bersama 1 SSK Brimob Detasemen A Bima. Dan Kapolres menyempatkan diri untuk sholat Magrib di Masjid Sanolo kemudian berdialog mufakat dengan Warga Sanolo terkait ledakan yang terjadi dan meminta pendapat warga. Sedangkan 1 SSK Brimob disiagakan di lorong (Gang) masuk Ponpes.
Hingga malam jam 20.00 Wita, keadaan berangsur pulih, meski banyak warga yang mengungsi kerumah keluarganya. Namun pihak kepolisian belum memasuki Ponpes untuk mengecek Sumber Ledakan, hanya melakukan penjagaan keliling. Begitu juga pihak pengurus maupun santri tidak nampak seorangpun yang keluar dari Ponpes. Menurut Kapolres Bima kabupaten, AKBP Fauzan Barito dari keterangan beberapa warga menyatakan bahwa besok pagi baru masuk areal Ponpes berhubung keadaan malam hari.
Disisi lain, Polres Kota Bima melakukan razia disepanjang Amahami dan areal sekitar Terminal Dara. Targetnya adalah kendaraan Roda empat. Razia tersebut dipimpin langsung oleh Kapolres Kota Bima, AKBP Kumbul, SH, SIK. Razia dilakukan hingga jam 22.00 Wita. Sedangkan Pasukan Dalmas serta Samapta Polres Bima kabupaten di siagakan di Mapolres Kab Bima.
Pada selasa pagi (12/07) Sekitar pukul 09.20 Wita, sehari setelah ledakan, mobil bemo warna kuning memasuki areal Ponpes. 35 menit kemudian mobil tersebut keluar Ponpes dan diketahui membawa mayat seseorang yang diduga akibat Ledakan yang terjadi sore kemarin (11/07). Pihak keamanan pun mencegatnya di jembatan Sori Sonco. Mayat tersebut akan dibawa ke Dompu. Belakangan diketahui bahwa mayat tersebut adalah Tenaga pengajar Pondok Pesantren Umar bin Khattab (UBK) Desa Sanolo Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, bernama Firdaus (30 tahun), yang di duga tewas akibat ledakan di lingkungan Pendidikan itu.
Hal ini diketahui setelah aparat kepolisian melakukan pemeriksaan mobil tersebut dan nampak mayat yang telah ditutup dengan menggunakan batik panjang. Bagian kanan wajah korban terluka parah, sejumlah luka juga terlihat pada bagian tubuh lainnya. Sempat terjadi ketegangan ketika keluarga korban menolaknya untuk dibawa oleh pihak kepolisian.
Aparat pun memecahkan kaca mobil dan memaksa semua penumpang bemo turun. Seorang warga yang datang menjemput jenasah menjadi bulan-bulanan aparat. Sebanyak 13 orang di dalam bemo itu diangkut menggunakan mobil Dalmas dan dibawa ke Polres Bima Kabupaten. Penghadangan oleh aparat itu menyita perhatian warga sekitarnya. Sempat terjadi kemacetan lalulintas dan aparat meminta warga tidak mendekat. Setelah berhasil menghadang kendaraan yang akan membawa mayat, aparat pun bergegas
Namun, istri korban dan anaknya yang masih bayi tidak dibawa serta. Polisi justru meninggalkannya di lokasi penahanan kendaraan. Istri korban yang mengenakan cadar akhirnya meninggalkan lokasi itu menggunakan jasa pengojek menuju Desa O’o Kabupaten Dompu. Sedangkan Mayat korban di bawa ke RSUD Bima untuk diotopsi. Kondisi mayat korban terluka pada beberapa bagian tubuhnya. Pada bagian lain, sejak pagi sekitar pukul 10.00 Wita, puluhan aparat bersenjata lengkap dari kepolisian Resort Bima Kota tampak bersiaga di bagian luar dan dalam RSUD Bima, menunggu jenasah Firdaus. Tiga mobil Dalmas dan mobil Patroli juga di kerahkan. Meski demikian tidak mengganggu pelayanan RSUD setempat
Namun, pihak keluarga baru mengetahuinya pada selasa (12/7) pagi. Mayat korban pun di amankan. Ketegangan terjadi ketika keluarga korban keluar dari lingkungan Ponpes UBK dan hendak membawa jenasah ke Desa O’o Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu. Di jembatan Sori Sonco, aparat Kepolisian mencegatnya. Sempat terjadi ketegangan ketika keluarga korban menolaknya.
Aparat pun memecahkan kaca mobil dan memaksa semua penumpang bemo turun. Seorang warga yang datang menjemput jenasah menjadi bulan-bulanan aparat. Belum diketahui identitasnya. Di dalam bemo berwarna kuning, Aparat Kepolisian menemukan mayat Firdaus yang sudah terbungkus kain batik panjang. Sebanyak 13 orang di dalam bemo itu diangkut menggunakan mobil Dalmas dan dibawa ke Polres Bima Kabupaten.
Penghadangan oleh aparat itu menyita perhatian warga sekitarnya. Sempat terjadi kemacetan lalulintas dan aparat meminta warga tidak mendekat. Setelah berhasil menghadang kendaraan yang akan membawa mayat, aparat pun bergegas. Saat itu, istri korban dan anaknya yang masih bayi tidak dibawa serta. Polisi justru meninggalkannya di lokasi penahanan kendaraan. Istri korban yang mengenakan cadar akhirnya meninggalkan lokasi itu menggunakan jasa pengojek. Mayat korban pun akhirnya di bawa ke RSUD Bima untuk diotopsi. Kondisi mayat korban terluka pada beberapa bagian tubuhnya. Pada bagian lain, sejak pagi sekitar pukul 10.00 Wita, puluhan aparat bersenjata lengkap dari kepolisian Resort Bima Kota tampak bersiaga di bagian luar dan dalam RSUD Bima, menunggu jenasah Firdaus. Tiga mobil Dalmas dan mobil Patroli juga di kerahkan. Meski demikian tidak mengganggu pelayanan RSUD setempat.
Sekitar pukul 11.49 Wita, Jenasah Firdaus tiba di RSUD Bima diangkut dengan bemo warna kuning, dikawal ekstra ketat dua mobil Patroli dan anggota Dalmas Polres Bima Kota. Tak lama setelah itu, jenasah dikeluarkan dari bemo dan langsung dibawa menuju kamar mayat RSUD Bima. Proses pemindahan jenasah pria asal Dompu tersebut memantik perhatian pengunjung RSUD Bima. Sekitar pukul 12.00 Wita, Kapolres Bima Kota, AKBP Kumbul KS, juga tiba di RSUD Bima.
Namun, tak ada seorang pejabat Kepolisian pun yang bersedia yang menyampaikan keterangan berkaitan dengan pemindahan jenasah tersebut. Waka Polres Bima Kabupaten, Kompol Dwi Wahyudi yang dihubungi di Sanolo mengatakan luka yang dialami korban diduga akibat ledakan. ”Namun, belum diketahui ledakan apa dan menunggu hasil otopsi untuk memastikan penyebabnya,’ ujarnya
Dari informasi yang berhasil diendus,, H.A.Rajak, Paman korban mengaku baru mengetahui kabar meninggalnya Firdaus pada selasa (12/7) pagi. Menurut pengakuan H. A Rajak, bahwa Ponpes mengkhabarkan telah meninggalnya Firdaus akibat kecelakaan saat bekerja. “setelah mendengar informasi itu, kamipun datang menjemput dengan apa adanya, Soal apa penyebab kematiannya, kami belum tahu, dan tidak kepikiran akibat Bom” Ujarnya di Sanolo kemarin.
Ditempat terpisah, Keluarga korban ledakan di Ponpes Umar bin Khattab (UBK), Firdaus, nampak marah dan mengamuk. Lantas mereka pun memblokir jalan lintas Dompu-Bima di Desa O’o Kecamatan Dompu, Selasa siang hingga menjelang sore. Aksi Pemblokiran itu menuntut agar mayat Firdaus segera diserahkan kepada pihak keluarga.
Beberapa kali pihak yang berwajib melakukan pendekatan persuasif dengan pihak keluarga dan menjelaskan terkait hal tersebut. Namun pihak keluarga korban tidak bisa berkompromi. Jalan Negara penghubung Bima – Dompu terblokir dengan menggunakan pos Kamling dan berbagai benda lainnya. Otomatis kendaraan dari dan ke Bima, tidak bisa meliwati sehingga mengakibatkan kemacetan sepanjang 5 km.
Akibat tidak ada celah negosiasi yang dilakukan antara Keluarga Korban, Warga Desa O’o serta Aparat kepolisian. Maka tidak berselang beberapa lama kemudian, 1 Truck Dalmas Brimob Bima tiba dilakosi dan melakukan pembubaran paksa warga yang melakukan pemblokiran jalan. Kejar mengejar antara warga dan aparatpun tidak bisa dihindari.
Satu anggota Kepolisian terluka akibat lemparan batu yang mengenai kepalanya. Sedangkan seorang warga diamankan oleh kepolisian. Desa O’o pun mendadak gempar dan dijaga aparat hingga pukul 20.00 Wita. Dan kemacetan bisa teratasi meski hingga pukul 21.00 Wita. Hingga berita ini diupload, Aparat Kepolisian dan pihak keluarga belum bisa dikonfirmasi berkaitan dengan aksi pemblokiran itu.
Polda NTB telah menerjunkan satu peleton Brimob, didukung Densus 88 Anti Teror dan Tim Gegana. Namun sayang, sudah hampir 28 jam menunggu, mereka tetap tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesantren itu. Mereka dihadang para santri dengan bersenjatakan Pedang, sebab Pengurus Ponpes tidak ingin dilakukan olah TKP.
Pihak pengelola Ponpes UBK hingga Rabu pagi, belum berhasil dikonfirmasi berkaitan dengan kejadian yang menewaskan satu pengajarnya itu. Termasuk untuk mengonfirmasi seputar ledakan yang memicu kepanikan warga pada senin sore itu (Liputan : Tim Investigasi BABUJU)