
Apalagi akhir-akhir ini disekitar Paruga Nae Woha cenderung digunakan oleh pasangan kekasih untuk berpacaran. Fakta ini diakui masyarakat sekitarnya banyak pengkuan yang menyatakan bahwa hal tersebut sudah terjadi sejak lama. Nah, bagaimana reaksi masyarakat terhadap penyakit sosial itu? Warga Desa Talabiu kecamatan Woha, Lukman Hakim, mengaku sejak awal dibuka (awal 2010), pada malam hari jalan baru itu sepi. Namun, saat ini bukan hanya malam Minggu saja, melainkan setiap malam dipadati pasangan kekasih. Diakuinya, keresahan masyarakat setempat pernah dilaporkan pada Sat Pol PP Kabupaten Bima, namun hingga saat ini tidak diketahui sudah berapa kali merazia. Hal yang pasti jumlah pasangan kekasih yang memanfaatkan kawasan itu semakin bertambah.”Dulu tidak terlalu banyak,sekarang hampir sepanjang jalan baru itu kita bisa jumpai pasangan kekasih yang sedang duduk berduaan,”ujarnya Senin (13/6) via ponsel. (Direalis dari harian Bimeks; 14/06)
Roy, warga Desa Roi yang setiap waktu meliwati tempat itu bila ke kota Bima atau sebaliknya, menyatakan bahwa ditempat itu, kerap dilihatnya para muda – mudi sudah tidak lagi malu-malu melakukan hal-hal yng tidak sewajarnya dilakukan oleh pasangan yang sedang pacaran. “Bila malam hari saya melewati jalan Dore, disekitar Paruga Na’e Woha, saya selalu disuguhkan dengan pandangan yang tidak lazim, muda mudi berpelukan bahkan berciuman diatas motor. Apalagi suasana mendukung karena gelap, jauh dari pemukiman serta minim sekali razia yng dilakukan oleh pihak keamanan maupun Sat Pol PP” ungkapnya.
Menurut Zainal, warga desa Roka yang juga kerap meliwati jalan itu malam hari bila pulang kampung (ke Roka dari Kota Bima) sering menemukan kelompok pemuda yang menggelar pesta miras. Meski tidak mengganggu ketertiban masyarakat karena jauh dari pemukiman serta keramaian namun terkesan menjadi tempat esek-esek terselubung yang nyaman untuk saat ini.
Lukman mendesak sat Pol PP secepatnya menertibkan kawasan itu untuk menghindari pandangan buruk masyarakat. Selain itu, ia juga Pernah melihat pasangan kekasih memanfaatkan semak-belukar dikawasan itu untuk berbuat mesum. Bahkan, pernah istrinya menegur sepasang kekasih yang sedang bercumbu di tengah semak-belukar, pinggir jalan raya depan paruga Nae. Kondisi itu, dinilainya, memprihatinkan, namun pemerintah melalui Pol PP harus menyikapinya sehingga banyak pasangan kekasih terselamatkan dari zina. Tidak hanya itu, dia juga meminta Bupati Bima, H.Ferry Zulkarnaen, ST, peka. Dia menilai, aktifitas pasangan muda kawasan itu jauh lebih parah dibandingkan Amahami. Selain gelap, ada semak-belukar dan jarang dilalui kendaraan sehingga memungkinkan terjadi perbuatan zina. Dia berharap Sat Pol PP merespon segala aspirasi masyarakat dan ditindak lanjuti. (direalis dari harian Bimeks; 14/06)
Dari Pantauan BABUJU Report dari Cabang Talabiu pada malam minggu kemarin (11/06), bahwa memang nampak para muda mudi menuju ke jalur Dore. Setelah beberapa menit, BABUJU Report bergerak menuju jalur lintas Dore – Talabiu, berputar dua kali pada pukul 20.30 hingga 22.00 witeng. Tak diayal, para muda mudi, itu menempati Lokasi-lokasi yang strategis karena remang-remang serta agak menjorok kedalam (pinggir sawah), -sepintas tidak Nampak dari jalan raya. Alasannya klasik seperti biasa, - berpacaran.
Namun siapa yang dapat mengira, dibalik alasan pacaran ditempat yang demikian, berlaku pula hukum ‘magnetic positif-negatif’ pada dua sosok manusia berbeda jenis kelamin yang sedang dilanda rasa yang berbunga-bunga tersebut. Hingga selanjutnya, mereka dan Tuhan-nya lah yang tahu. Meski tidak sedikit pasangan yang berada dijalur tersebut pada malam minggu dan menurut banyak warga tidak hanya malam minggu saja lokasi tersebut ramai dikunjungi para muda-mudi.
Paruga Na’e Woha didirikan dengan Proyek Multi-years sejak tahun 2007 hingga 2009 akhir dengan biaya APBD Kab Bima sebesar Rp 4,1 Miliar. di Paruga Na'e ini pula sering dilaksanakan acara sakral seperti dilaksanakannya Pelantikan Bupati Bima Periode 2010-2015, serta berbagai kegiatan pelantikan Mutasi Birokrasi beberapa waktu terakhir.
Pada dasarnya, Paruga Na’e Woha dibangun dalam rangka perimbangan pembangunan dan pengembangan kecamatan di Kab Bima. Sementara ini, Paruga Na’e yang dibangun ada Tiga buah yaitu Paruga Na’e Kara di Bolo, Paruga Na’e Woha di Dore dan paruga na’e Sape di Sape. Jika Paruga Na’e Kara dan Sape tidak jauh dari pemukiman penduduk, berbeda dengan Paruga Na’e Woha yang memang jauh dari pemukiman penduduk.
Sehingga bagi sebagian remaja sekitar Kecamatan Woha, Belo serta Bolo, Paruga Na’e Woha adalah Lokasi yang nyaman dan aman sementara ini untuk ber-kasih mesra dan ‘triping alkohol’. Sebab hingga saat ini, aparat kecamatan (Sat Pol PP) maupun aparat keamanan sangat jarang melakukan patrol keliling untuk mencegah kemaksiatan disekitar Paruga Na’e Woha ini. Untuk itu, butuh kepedulian kita semua sebagai warga Dana Mbojo untuk melakukan sesuatu dalam meminimalisir kondisi yang sedang menggejala ini. Sebab, tidak menutup kemungkinan, mereka (para remaja itu) suatu waktu akan menjadi pula bagian dari keluarga dekat kita juga. (Liputan: Rangga/Santhy/Fatwa)