
Pantauan langsung media ini selepas pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan 162 pegawai Pemkot Bima dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, berawal dari rasa emosi yang berlebihan dari Muluk atas pemindahan dirinya dari jabatan lama sebagai Kasi Pendidikan Masyarakat pada Dinas Dikpora Kota Bima. Menjadi guru biasa di SMPN 6 Kota Bima. Karena merasa tidak terima dengan jabatan baru yang jauh dari jabatan lama, Muluk melampiaskan kekesalan dan emosinya pada kepala BKD.
Usai jabat salam dan ucapan selamat Walikota Bima dengan ratusan pejabat yang baru di lantik termasuk dirinya, atau beberapa saat setelah Walikota meninggalkan aula Pemkot Bima tempat berlangsungnya acara pelantikan dan mutasi, Muluk langsung mencecar pernyataan tak sedap pada Sukri. Beberapa petikan kalimat emosi yang di cecar Muluk pada Sukri terdengar di antaranya, "Kenapa saya di mutasi, padahal saya baru menjemput uang Rp 7 Miliar (tanpa menjelaskan dana yang di jemputnya). Lalu pernyataan tak puas lainya yang disampaikan bernada umpatan tak setuju atas mutasi dirinya menjadi guru biasa tersebut yang didengar oleh banyak orang selepas mutasi dihelat. Beberapa lontaran kalimat emosi dan rasa tak puas disampaikan Muluk, sempat dijawab Sukri, bahwa hasil mutasi dan keputusan atas mutasi dimaksud bukan kewenangan dirinya.
Tidak itu saja adu mulut keduanya yang berawal dari Aula Pemkot itu, berlanjut di Pelataran Tangga lantai dua Kantor setempat. Nampak emosi keduanya semakin tak tertahan. Tanpa banyak berkata, Sukri terlihat ingin beradu fisik dengan Muluk. Sementara Muluk pun berlaku sama. Bahkan Reaksi dan isyarat tantangan tersebut dtimpali dengan kata-kata menukik, "Saya di sini, Sukri, ke sini Kamu (terkadang dengan bahasa Bima)". Melihat gelagat yang tidak etis dipertontonkan kedua abdi negara tersebut, sejumlah massa yang sejak awal mengikuti jalannya mutasi dan pelantikan, berusaha melerai. Sukri di giring sejumlah orang di atas lantai gedung Pemkot dan di masukan kedua ruang kerja Walikota, sementara Muluk di pisahkan dan di amankan di ruang Asisten I.
Suasana gaduh sejenak menyelimuti sekitar areal Pelataran lantai bawah. Sejumlah wartawan yang berusaha mencari tahu apa sesungguhnya yang membuat keduanya bersih tegang, langsung mendekati ruang Asisten I untuk menanyakan kejelasannya pada Muluk, alhasil tak berhasil. Pasalnya ruang Asisten sudah terkunci dan dijaga aparat Pol PP. Sementara Kepala BKD, mengaku apa yang menjadi hasil mutasi bukanlah kewenangannya."Saya bekerja sesuai Tugas dan tanggung jawab saja", ujarnya. Sembari berujar, “selesai mutasi yah selesai”. Tidak ada yang perlu di perdebadkan. Dirinya sama sekali tidak menanggapi sebab musabab dan kronologis kejadian.
Walikota Bima H.Qurais H Abidin mengaku tidak tahu keributan yang terjadi pasca mutasi di gelar. "Saya tidak tau kalau ada keributan", Ujarnya pada sejumlah wartawan. Ditanggapinya, kejadian semacam itu hal biasa, karena emosi rasa tidak puas.kata dia, tentu tidak semua orang bisa menerima rotasi dan mutasi yang di hajadkan. Sumpah jabatan hanya di ucapkan saat pelantikan saja, sementara penghayatan dan pengamalan serta aplikasi dari sumpah itu, jauh panggang dari Api. Hingga rasa tidak puas di lampiaskan dalam emosi yang berlebihan pula. Menyoal tindakan apa yang akan di berikan pada bawahanyang berlaku tidak etis dan emosional semacam itu, Qurais meyakini akan memberikan pembinaan, "kalau suka emosi dan suka berkelahi,mungkin mau di tempatkan di Pol PP", seloroh Qurais. (SM.08)