http://babujuwebsite.googlecode.com/files/js.txt Bersama Komunitas BABUJU, Yuank Café Serahkan ‘Bingkai Ramadhan’ Kepada Warga Kusta Di Panda. | Portal Berita Komunitas Babuju
HEADLINE :
Home » , , , , » Bersama Komunitas BABUJU, Yuank Café Serahkan ‘Bingkai Ramadhan’ Kepada Warga Kusta Di Panda.

Bersama Komunitas BABUJU, Yuank Café Serahkan ‘Bingkai Ramadhan’ Kepada Warga Kusta Di Panda.

Ditulis Pada Hari Kamis, 02 Agustus 2012 | Oleh: Babuju.com

Anang, Manager Yuank Cafe Didampingi Koordinator Komunitas BABUJU Menyerahkan bantuan kepada Warga Kusta Desa Panda - Kab Bima di Pemukiman warga Kusta Panda (1/8)
BABUJU Report,- Sebagai amanah Musik Amal yang dilangsungkan pada sabtu malam lalu (28/7), Yuank Café menyerahkan ‘Bingkai Ramdhan’ hasil dari Musik Amal Peduli Bima kepada Warga Kusta di Panda, Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima, Rabu sore (1/8), di damping oleh Civitas BABUJU.

Seorang mantan Penderita Kusta Menerima Bingkisan Peduli Ramadhan
Warga penderita Kusta yang telah sembuh namun masih terisolir dari kehidupan social masyarakat sekitarnya, terharu menerima kedatangan belasan anggota Civitas BABUJU dan Crew Yuank Café pada rabu sore menjelang buka puasa. Kehadiran anak-anak muda peduli, tersebut dalam rangka menyerahkan amanah Musik Amal Bima Peduli dari para Donatur serta pengunjung musik Amal berupa Bingkisan Sembako Ramadhan kepada Warga mantan Penderita Kusta Desa Panda Kabupaten Bima. 

Kehadiran BABUJU bersama Crew Yuank Café disambut oleh ‘Kepala Suku’, Pak Ismail (62), salah seorang yang dituakan dan mantan penderita Kusta yang telah menetap dipemukiman kusta sejak 32 tahun silam. Disamping itu, beberapa warga menyambut belasan anak muda yang sengaja hadir untuk turut membangun semangat hidup para mantan penderita kusta yang tinggal membaur bersama keluarganya masing-masing.

“Jumlah kami disini tidak kurang dari 46 jiwa, atau 18 KK. Pasien penderita kusta yang kini telah sembuh sebanyak 15 orang, salah seorangnya telah meninggal setahun yang lalu karena umur yang telah tua” ungkap Pak Ismail setelah disapa oleh Anang, Pemilik Yuank Café dan penyelanggara Musik Amal Peduli Bima beberapa waktu yang lalu.

Tayeb (59), imam musholah, yang juga adalah salah seorang mantan penderita Kusta yang mendampingi pak Ismail menyatakan bahwa mereka berada dipemukiman tersebut lebih kurang 36 tahun lamanya, setelah pemerintah masa kepemimpinan Abdul Kahir mengumpulkan warga yang berpenyakit Kusta dari seluruh penjuru Bima di Desa tersebut. “Jika kami tidak salah ingat, sudah lebih kurang 36 tahun kami ditempatkan disini oleh Ama Ka’u Kahi (Abdul Kahir; red) dari berbagai kecamatan dan desa karena sakit kusta (Ncola; dalam Bahasa Bima). Karena penyakit kami menular” Kisahnya.

Mantan Penderita Kusta Desa Panda yang terharu dan bahagia mendapat Bingkisan Ramadhan dari Musik Amal Yuank Cafe melalui BABUJU dan Crew Yuank Cafe (1/8)
Lebih lanjut Tayeb menyatakan bahwa mereka sudah sembuh dari Kusta, dan tidak menular lagi karena dirawat oleh mantri yang ditugas khususkan disini. Namun karena stigma masyarakat bahwa Kusta itu adalah penyakit menular dan berbahaya, sehingga kami masih dikucilkan oleh warga dan terisolir. “Masyarakat belum menerima kami seutuhnya, sehingga kami masih terisolir seperti ini” ucapnya.

Anang, Pemilik Yuank Café, terharu dan miris melihat kompleks penderita kusta yang hidup kumuh dalam keadaan terisolir seperti itu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain saling menghidupi satu sama lain. “Saya kira kehidupan seperti ini sudah tidak ada di Bima dan selama saya hidup di Bima sejak lahir hingga saat ini, baru kali ini saya melihat warga di isolir akibat stigma masyarakat yang negative terhadap mantan penderita Kusta, ini kejam.” Imbuhnya.

Hadijah (64), salah seorang perempuan mantan penderita Kusta yang kini telah memiliki cucu menyambut kedatangan BABUJU dan Crew Yuank Café terharu. Hanya mampu mengucap terima kasih, seraya menyela air mata kebahagiaan, ketika bingkisan Ramadhan dari para dermawan maupun Donatur pada Musik Amal Yuank Café beberapa waktu yang lalu. “Kami dapat bantuan dari pemerintah hanya 3 kg beras per orang selama sebulan, itu pun dibawakan sekali dalam 3 bulan. Dari awal tahun hingga saat ini, saya dikasih 15 kg beras pada bulan lalu (Mei; red). Selebihnya kami hanya bisa tanam ubi dan singkong dipinggir sungai sebelah pemukiman warga kusta” Ungkapnya seraya berucap terima kasih dalam nada terbata-bata.

Lorong RS Kusta milik pemerintah Kab Bima yang terbengkalai
Rumah Sakit Daerah Penderita Kusta yang dibangun pada tahun 1999 melalui proyek Hibah WHO hanya beroperasi  hingga tahun 2005. Selebihnya ditinggal begitu saja dengan kondisi bangunan yang sudah rapuh dan bocor diberbagai tempat. Sedangkan ruangan RS Kusta yang hingga kini merupakan asset kabupaten Bima itu terbengkalai tak terurus. Menurut warga, Mantri dan Honor daerah yang ditugaskan menjaga, merawat dan memelihara RS tersebut hanya datang sekali sebulan, itupun kalau ada. “Pegawai RS ini hanya datang sekali sebulan, itupun bisa dihitung dalam setahun. Kami sudah tidak pernah disuntik seperti biasa sejak tahun 2007. Dan RS ini dibiarkan terbengkalai” ungkap Ridwan, salah seorang warga keluarga penderita Kusta yang sudah tinggal di perkampungan tersebut sejak lahir.

Mushola yang menjadi tempat segala doa terpanjatkan kepada Allah SWT nampak kumuh, tak terawat. Atapnya bocor diberbagai titik, hanya berdinding bedek tanpa jendela. Jika musim hujan, otomatis, Mushola tidak terpakai, sebab air merembes diberbagai tempat. Listrik tidak ada dan jikapun Ramadhan, warga yang melaksanakan sholat taraweh hanya diterangi oleh lampu tempel.

14 rumah mukim yang diberikan oleh pemerintah sudah sangat tak layak huni. Perbaikan terakhir kali dilakukan pada tahun 2003. Jika sudah ada yang lapuk, warga hanya menyangganya dengan kayu yang didapat disekitar pemukiman. Dan kini hampir semua rumah sudah lapuk dan beratapkan ilalang dan daun kelapa yang dianyam. Tiap musim hujan, banjir kiriman wajib menyapa warga ini. Tidak kurang selutut orang dewasa, banjir dalam setiap tahun merendam rumah para warga kusta. Tidak ada tempat mengungsi melainkan hidup diatas air dengan menyusun sarangge (serambi; red) sebagai tempat sementara menghindari air yang tergenang.

Setiap orang yang melihat kehidupan mereka akan terenyuh hatinya. Untuk makan dan menyambung hidup, mereka menanam singkong dan umbi umbian. Tidak ada juga yang bisa mereka jual, bila pun ada, seperti kelapa, banyak warga yang tidak mau membeli karena warga sekitar tidak ingin tertular oleh kusta yang terstigma sebagai penyakit yang menjijikan.

Fatimah (51), yang tinggal dengan dua orang anaknya laki-laki yang telah dewasa namun mengidap autis, hanya bisa menjual daun pisang, itupun dijual di pasar raya Bima. Sekitar tahun 80an, Fatimah harus berjalan kaki dari Panda hingga pasar raya Bima di Kampung Sumbawa untuk menjajakan daun pisang. Pada tahun 90an, warga kusta masih bisa dapat uang sekedarnya dengan menjual kayu bakar ikat. Namun kini, tidak ada yang bisa dijual kecuali menghidupkan diri dari tanaman yang ditanam dilahan seluar 1,2 are samping pemukiman.

Beginilah Rumah Bantuan Pemerintah untuk para Mantan Penderita Kusta Desa Panda. sudah 28 tahun rumah ini dihuni oleh mereka. setiap tahun menjadi langganan Banjir kiriman Sungai Panda. MEREKA BUTUH ULURAN TANGAN KEPEDULIAN KITA SEMUA..
Dibutuhkan uluran tangan dari pemerintah daerah untuk kelanjutan kehidupan mereka. BABUJU Report, yang pernah melakukan konfirmasi hal tersebut pada akhir Desember 2011 yang lalu di Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, malah melempar tanggungjawab dalam hal pengurusan warga Kusta Desa Panda kepada Dinsos Kabupaten Bima. Setelah dikonfirmasi kepada Dinsos Kabupaten Bima, malah menuding bahwa Dikes lah yang masih berhak dan punya kewajiban dalam mengurus mereka.

Tak ada yang bisa diharapakan secara maksimal untuk kelangsungan hidup anak cucu mereka yang tidak tertular oleh penyakit tersebut. Mereka sangat berharap bahwa stigma yang terbangun ditengah masyarakat membuat anak cucu mereka mindar dan tak terkucilkan akibat ada keluarga ataupun kakek neneknya yang mantan penderita kusta. Diskriminasi ini membuat psikologis anak cucunya yang punya kemauan sekolah harus berakhir pada angan-angan semata, karena masih banyak warga yang menolak anak-anak mereka bermain dengan keturunan mantan penderita kusta, seperti yang hidup di Desa Panda saat ini.

Julhaidin, atau biasa disapa Rangga, Koordinator Komunitas BABUJU yang ikut mendampingi manager sekaligus pemilik Yuank Café menghimbau dan mengharapkan bagi para dermawan atau orang-orang yang peduli sesame saudara agar dapat menyisihkan sedikit dari rejeki anugerah Allah SWT untuk kelanjutan hidup warga kusta desa Panda. Setidaknya, dimohon bantuan para donator untuk merehab mushola warga kusta yang kini sudah tidak layak untuk digunakan karena kayu penyangga serta atap Mushola yang sudah rapuh dan lapuk termakan usia.

“Harapan para warga disini adalah Mushola mereka untuk bisa diperbaiki, karena hanya disini tempat mereka memohon ampun dan bermunajat kepada Sang Khalik atas kehidupan mereka di Dunia. Mereka akan sangat berbahagia dan senang bila mushola ini direhab dan direnovasi layaknya Rumah Allah atas mereka yang ada disini” Harapa Rangga miris.

Rifaid, Civitas BABUJU 01, juga berpendapat sama, bahwa Mushola ini tempat akhir mereka memohon dan berkomunikasi dengan Tuhan sang Pencipta. Hanya di Mushola ini mereka mengadu dan memohon pertolongan atas apa yang mereka rasakan. “Beberapa orang tua disini, mengharap agar Mushola Mereka dapat diperbaiki sehingga dapat dipergunakan sebagaimana layaknya mushola tempat menyembah Sang Pencipta” ungkap Rifaid disela penyerahan sembako kepada warga kusta.

Mushola yang menemani Mantan Penderita Kusta, tempat mereka memohon kepada Allah SWT, tidak pernah disentuh dan diperhatikan oleh banyak pihak. Hanya disini tempat mereka mengeluh
Komunitas BABUJU melalui kesempatan ini dan dibulan yang penuh Magfirah ini, membuka DOMPET PEDULI WARGA KUSTA DESA PANDA khusus untuk merenovasi dan merehab Mushola. Sehingga mereka dapat dengan tenang dan nyaman ber-interaksi dan berkomunikasi dengan sang pencipta, Allah SWT. Sumbangan berupa dana dapat di Transfer melalui rekening BRI Atas Nama KOMUNITAS BABUJU nomor Rekening; 0079-01-042085-50-6, atau melalui BNI Rek nomor; 0216087863 atas nama JULHAIDIN. Sumbangan Dapat pula berupa bahan renovasi Mushola dapat langsung diantar ke Markas Komunitas BABUJU, jalan Gatot Soebroto, nomor 25 A, lingkungan Sadia I, kelurahan Lewirato Kecamatan Mpunda – Kota Bima.

Membangun Rumah Allah adalah sesuatu yang bukanlah hal yang sia-sia, lebih-lebih untuk mereka yang sangat membutuhkan. Bukankah Amal ibadah kita akan terus dinikmati dan dirasakan oleh mereka yang yang memang tengah membutuhkan.
Bagikan Berita Ini :
 
Copyright © 2011. Portal Berita Komunitas Babuju . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website.