Oleh: JULHAIDIN
Meski baru sebatas usulan dari PK (Pengurus Kecamatan) Partai Golkar atas penjaringan figure Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota Bima 2013 – 2018, nama Dr Sucipto mendominasi sebagai Walikota pilihan 5 PK Golkar Kota Bima, diluar kader Partai.
Beberapa kader Partai Golkar sendiri mengamini pilihan 5 PK
yang akan ‘dijagokan’ oleh Partai Golkar sebagai Walikota Bima kedepan dalam
bursa Calon eksternal Partai. Sebab, Golkar sendiri, dihadapan Ketua DPD I
Golkar NTB, Dr. H. Zaini Arony, telah bulat memilih dan mendorong kader
terbaiknya, Hj. Ferra Amlia SE menjadi Bakal Calon Walikota yang akan diusung
nanti.
Pengusungan nama Dr. Cipto sebagai pilihan Eksternal cukup
kuat ditataran Elit Golkar Kota Bima, mengalahkan H. Qurais H Abidin (Walikota
saat ini) dan H. Arrahman H. Abidin (Wakil Walikota Saat ini). Sementara itu
kader-kader terbaik Golkar kota Bima sendiri harus puas diposisikan sebagai Bakal
Calon Wakil Walikota, seperti, H. Junaidin SE, H. Wahidin HM Nor SE, Abdul Karim
Azis SH, Subhan HM Nor SH, Tamsil SE, serta Tiswan SH.
Meski ini bisa dikatakan sebagai strategi ‘penempatan posisi’
dalam penjaringan kerakyatan yang akan dilakukan oleh Tim Independen sebagai
bagian uji kelayakan kandidat, namun dengan menganalisah karakter dan track record para Figur, warga Kota Bima
dapat menilainya dengan baik dan objektif.
Kemunculan nama Dr. Cipto tidak bisa dinafikan oleh PK
Partai Golkar, namun akan dapat menjadi ‘mimpi buruk’ bila tidak mampu Golkar
siasati dengan ‘cantik’ pengerucutan yang akan dilakukan pasca Uji Kelayakan
Publik beberapa waktu yang akan datang. Meskipun hal ini belum final, namun dinamika yang terbangun
sudah mulai hangat.
Kondisi perpolitikan seperti ini mudah disiasati dengan pengusungan
yang bersifat Koalisi atau gampang pula diretakkan dengan memainkan scenario konstitusi
ke dalam frame politik local Bima itu
sendiri. Dilain sisi, Ketua DPD II Golkar Kabupaten Bima yang juga menjabat
sebagai Bupati Bima, H. Ferry Zulkarnaen, ST, dalam pernyataan diberbagai media
massa, akan All Out dalam mendukung
usungan Golkar sebagai Walikota dan Wakil Walikota Bima 2013 – 2018 dan
Gubernur serta Wakil Gubernur 2013-2018 mendatang.
Melihat hubungan kekerabatan antara Hj. Ferra Amelia, Subhan
HM Nor dan Ferry Zulkarnaen, yang bisa diibaratkan setali tiga mata uang. Sebab Ferry
Zulkarnaen adalah saudara sekandung dari Ferra Amelia sedangkan Ferry Zulkarnaen dengan Subhan HM
Nor adalah saudara Seperjuangan. Namun antara Ferra Amalia dan Subhan HM
Nor sendiri ibarat ‘kartu Truft’
Golkar ada ditangan mereka berdua.
Dalam pencaturan politik local Bima awal tahun 2000an, ketergantungan
hubungan antara Ferry Zulkarnaen dengan Subhan HM. Nor, tidak dapat dipisahkan
begitu saja. Fluktuaktif dinamika politik maupun pasang surut politik internal
Golkar Kota Bima, hampir tidak pernah terlewatkan oleh Subhan HM Nor sebagai
orang yang membesarkan Golkar Kota Bima dan dipercayakan sebagai anggota
Legislatif Kota Bima Fraksi Golkar selama 2 periode dengan ini.
Ferry Zulkarnaen juga demikian, sebagai seorang politisi
Golkar yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Bima pada awal Kota Bima definitive juga memiliki andil yang
cukup besar terhadap maju mundur serta pertautan internal dalam Golkar itu
sendiri.
Sedangkan dengan Hj. Ferra sendiri, sesungguhnya Golkar memiliki
‘Jasa Sejarah’. Dalam komunkasi Politik yang terbangun, Hj. Ferra muncul
beberapa tahun terakhir menjelang tahun 2007 ditengah public dan simpatisan
politik. Namun tidak bisa dinafikan begitu saja keterjalinan dan jasa Hj. Ferra
sebelum-sebelumnya dalam tubuh Golkar Kota Bima. Bisa diibaratkan 'pemain dibelakang layar'
Saat ini, antara ketiga Kader terbaik Golkar Kota Bima ini
(meski Ferry kini sebagai Ketua DPD II Kab Bima, namun pernah menjadi ‘anak
emas’ DPD II Kota Bima beberapa waktu), sudah
menjadi rahasia umum, tengah terjadi ‘konstelasi figur’ ditengah kegamangan
politik internal partai. Hal ini Nampak dalam pengamatan menyeluruh atas
dinamika politik internal Golkar itu sendiri.
Namun bagi penulis, ini masih ambivalen, dalam terkaan yang
terlalu dini. Tetapi bila hal ini terus mengerucut, membias dan semakin mencuat.
Kondisi psykologis politik para kader Golkar sendiri akan ‘kocar kacir’ dalam
artian akan menjadi massa cair yang bisa kemana-kemana bergantung Figur dan relawan
taktis yang terbentuk oleh ‘pihak lawan’
Kemunculan nama Dr Sucipto, adalah pilihan ektrim yang akan
diterima, kecuali hitungan politis partai Golkar dalam memilih untuk tidak
berambigu. Tetap memunculkan Hj Ferra sebagai Bakal Calon atau akan
berkompetisi dalam kubu Koalisi akan menjadi Tumpuan akhir ditengah pra-duga
yang sedang mencuat.
Namun semua ini pun bisa akan mental begitu saja ketika memasuki
bulan November dan desember 2012 yang akan datang, dimana seluruh Figur akan
memunculkan diri dibalik ‘guyonan politik’ nya akhir-akhir ini. Akankah Pencaturan
Pemilukada Bima tahun 2013 mendatang lebih dewasa dan hangat bila dibandingkan
tahun 2008 silam, kita tunggu ekspansi
dan acrobat politik para elit politik
Bima kedepan.