BABUJU Report,-
Budaya adalah identitas sebuah bangsa, melupakan Sejarah dan Budaya adalah kehancuran
bagi bangsa. Hal inilah yang menjadi gagasan IMKOBI (Ikatan Mahasiswa Kota
Bima) – Mataram dalam menyenggarakan Pentas Seni Budaya Mbojo III di Taman Budaya NTB,
pada hari jumat (25/5) Mendatang.
Kegiatan yang digagas tersebut telah menjadi program tahunan IMKOBI
Mataram sejak tahun 2008. Menurut Ketua IMKOBI – Mataram periode 2012 - 2014, Muhammad Nasir, bahwa
kegiatan Pentas Seni dan Budaya Mbojo I diselenggarakan pada Tahun 2008 dan
dilanjutkan pada tahun 2009. Baru pada tahun 2012 ini diselenggarakan lagi
sebagai Pentas Seni dan Budaya Mbojo III. “Kami baru bisa melaksanakan lagi
pada tahun ini, karena ada persoalan internal yang harus kami selesaikan. Program Pentas Seni dan Budaya Mbojo adalah agenda Tahunan IMKOBI
– Mataram oleh siapapun ketuanya” Ungkap Nasir yang dihubungi oleh BABUJU
Report via Seluler tadi malam (22/5).
Kegiatan Pentas Seni dan Budaya Mbojo III sendiri diketuai
oleh Miftahul Ahyar, dengan dibantu oleh sekitar 40 anggota kepanitiaan. “Kami
menggelar kegiatan ini bukan saja oleh dan untuk Mahasiswa Kota Bima saja, namun juga akan
diikuti dan dihadiri oleh Masyarakat dan Mahasiswa Kabupaten Bima dan Kabupaten
Dompu di Mataram” Tutur Nasir.
Meski bantuan dan dukungan dari Pemerintah Kota Bima serta Pemprov NTB tidak ada sama sekali dalam ajang pentas Seni Budaya Mbojo III pada
tahun ini, namun semangat panitia lah yang membuat kegiatan ini terselenggara. “Kegiatan
ini sebenarnya direncanakan untuk dilaksanakan menjelang Ulang Tahun Kota Bima
ke 10 awal April lalu, namun karena anggaran yang sangat tidak memungkinkan,
sehingga kami tunda hingga tanggal 25 Mei ini” ungkap Ketua IMKOBI.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sebenarnya Proposal
kegiatan telah dikirim ke Pemerintah Kota Bima dan Pemerintah Propinsi NTB,
namun alasannya terkait aturan anggaran daerah yang baru sehingga baru bisa diprogramkan
tahun depan. Sehingga IMKOBI berupaya mencari bantuan alternative melalui sesepuh
Bima di Mataram dan KKB (Kerukunan Keluarga Bima) Mataram.
![]() |
Muhammad Nasir, Ketua IMKOBI - Mataram Periode 2012-2014 |
Kegiatan Pentas Seni dan Budaya Mbojo III ini ber-tema-kan ‘Karente Ma Runtu Kawora Ma Mbora’, memiliki
makna yang luas. Melalui kegiatan seperti ini, IMKOBI – Mataram mencoba
menggugah masyarakat Bima untuk mengembalikan makna budaya yang sebenarnya dan
menemukan kembali identitas budaya Dana Mbojo yang sesungguhnya ditengah gerusan
jaman yang semakin menggilas kehidupan social masyarakat Bima itu sendiri.
Muhammad Nasir yang dihubungi via seluler disela-sela
kesibukan menyiapkan Undangan Kegiatan menyatakan bahwa, kegiatan yang sudah
disiapkan sejak 3 bulan yang lalu ini akan menampilkan Patu Mbojo, Theater
Cerita Rakyat, Drama Mbojo, Vocal Group Rawa Mbojo, serta tampilan Solo Rawa
Mbojo oleh para Mahasiswa maupun para pecinta seni dan budaya Dana Mbojo dari Kota Bima, Kabupaten
Bima serta Kabupaten Dompu. “Kegiatan ini sudah maksimal kita siapkan, tinggal
diselenggarakan di Taman Budaya NTB, setidaknya, ada 1.000 undangan yang akan
kami sebar besok (23/5) untuk sesepuh Bima, element-element kemahasiswaan di
Mataram maupun kelompok-kelompok seni dan Budaya se-NTB” tuturnya.
Kegiatan pagelaran Seni dan Budaya Lokal yang digagas oleh
generasi pribumi seperti ini semesetinya mendapat sokongan, dukungan serta apresiasi yang
tinggi. Sebab kegiatan yang mengangkat identitas bangsa seperti yang akan
diselenggarakan oleh IMKOBI Mataram pada tahun ini memiliki kekuatan Ganda,
yaitu, menunjukan pada dunia tentang seni dan budaya para leluhur Dana Mbojo,
membangun citra positif bagi Dana Mbojo itu sendiri, membuka ruang kepada
generasi muda untuk bertutur dalam seni dan budaya. Serta yang terpenting
adalah, kemauan generasi muda untuk melestarikan kearifan local (seni, Budaya dan tradisi)
yang mulai memudar akibat gesekan kepentingan, individualistic dan hidup dalam
cengkaraman Modern yang penuh dengan Virtualistik dan sok Globalistik.
Pemerintah daerah khususnya Kota Bima akan ‘tertampar’ bila
serpihan-serpihan generasi peduli seni dan budaya seperti ini, tidak didukung secara
materi. Sebab gaung untuk melestarikan seni dan budaya tradisional sering dikoarkan oleh stakeholder diberbagai mimbar, namun jika tidak terwujudkan dalam kebijakan-kebijakan yang nyata, maka, siapapun tidak boleh menyalahkan generasi bila Budaya harus tertelan oleh jaman
yang tidak berkompromi saat ini. (Liputan:
Rangga)