BABUJU Report,- Terjangan
Banjir Bandang yang melanda 4 Kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu Kecamatan Belo,
Woha, Langgudu dan Palibelo, sabtu kemarin (26/5) merendam ratusan hektar
tanaman Padi dan Bawang yang siap panen. Dan menjadi catatan tersendiri, bahwa
Banjir Bandang kali ini adalah yang terbesar dan terluas sepanjang sejarah
banjir di Bima bagian selatan. Berikut catatan dihimpun oleh, Ifan, Faiz, Even,
Dion dan Nadin.
![]() |
Rumah salah seorang Warga di Ngali akibat terjangan Banjir Bandang |
Pagi yang cerah, udara yang bersih diseputaran wilayah
Monta, Tente dan belo. Aktifitas masyarakat berjalan seperti biasa. Pasar Tente
ramai dikunjungi oleh pedagang maupun pembeli. Sebagian Warga Tente dan
sekitarnya berangkat ke Sawah seperti sediakala. Tidak ada ancaman alam yang
mencurigakan ataupun patut dicurigai, karena di sabtu pagi yang cerah dan indah
itu, geliat ekonomi, social maupun pendidikan warga berjalan sangat normal.
Hingga pukul 08.40 Wita, para pengunjung pasar Tente
dikagetkan dan dibuat panic oleh datangnya air bah (Banjir Bandang) yang secara
tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar. Kepanikan tersebut menambah ketegangan
situasi. Dalam waktu 15 menit, pasar Tente tergenang lebih kurang 15 cm. Para
pemilik Toko diseputaran Pasar, spontan menunutup meski ada beberapa Toko yang
belum sempat menutup, banjir sudah terlebih dahulu menggenangi dalam Toko.
![]() |
Nampak Banjir menerjang areal persawahan di Cenggu |
Pukul 10.15 Wita Banjir bandang telah menerjang wilayah Rabakodo
– Woha bagian timur jalan raya lintas Sumbawa. Puluhan Hektar tanaman Padi yang
sudah membulir terendam. Siswa/I SMUN 1 Bima di Woha yang sudah siap
mendengarkan pengumuman Lulus, lengkap dengan persiapan konvoi kelulusan harus
mengurungkan Niat karena Banjir juga merendam sekolah. Terpaksa, Ujian Susulan
pun dipindahkan ke PKM Woha yang sedikit agak tinggi.
Warga tumpah ruah kejalan dan saling membantu menyelamatkan
beberapa barang maupun dokumen yang dianggap penting. Nampak, kepanikan dan
kesibukan warga yang bahu membahu membantu warga yang lainnya. Beredar informasi
bahwa banjir bandang kiriman dari Langgudu yang menyebabkan meluapnya Dam Ncera,
semakin besar dan ganas.
Isu tersebut ditanggapi serius oleh warga yang rumahnya
sudah terlebih dahulu terendam oleh banjir, juga rumah-rumah yang ada disebelah
barat jalan, juga ikut sibuk mengevakuasi barang-barang penting. Nampak BASARNAS
Kab Bima dan TAGANA Bima lalu lalang dengan mobil operasionalnya. Posko Tanggap
Bencana Banjir bandang Woha ditetapkan di Kantor Camat Woha untuk sementara, sambil
menunggu laporan dan instruksi untuk melakukan evakuasi warga.
![]() |
Nanga Belo pun meluap disamping Bandara Bima |
Pukul 11.30 Wita, Banjir bandang mulai menerjang pemukiman
Warga Padolo yang ada di wilayah Kecamatan Palibelo. Dengan derasnya, banjir
menerobos persawahan dan mengalir melewati jalur Dore-Talabiu. Dijalur ini,
banyak kendaraan memilih untuk tidak menerobos karena kuatnya arus yang
mengarah ke Utara Dore.
Setidaknya, akibat Banjir Bandang ini, 3 Jembatan terputus,
yaitu Jembatan yang menghubungkan Tonggondoa – Woha, Jembatan penghubung Ngali –
Lido, dan jembatan penghubung Wilamaci – Simpasai. Disamping itu, ratusan
Hektar lahan pertanian terendam dan tenggelam oleh air yang menerjang apapun
yang dilewatinya.
Muhtar (33th), warga Lido, Kecamatan Belo Selatan mengatakan
bahwa Banjir bandang yang menerjang 13 Desa di 3 Kecamatan yang berbeda di Bima
bagian selatan mengakibatkan Jembatan Ngali – lido terputus. 8 ekor Sapi
terseret arus dan ratusan hektar lahan tanaman Bawang di wilayah Ngali, Lido,
Ncera, Renda, Cenggu dan Roka dipastikan Gagal Panen. “Banjir ini sudah mulai
masuk dipemukiman warga sejak pukul 06.00 Wita tadi pagi, namun baru daerah
pinggir aliran sungai di Lido dan Ncera saja. Banyak orang yang tidak mengira
bahwa akan semakin besar dan meluap hingga ke wilayah Palibelo” Ungkapnya.
Akibat Banjir bandang yang menerjang dipagi buta tersebut,
setidaknya, kerugian warga bisa ditaksir antara Rp 5 – 10 Miliar. Kerugian yang
paling besar adalah terendamnya tanaman Bawang siap panen. “Bawang warga di
Ngali, Lido, Ncera, Renda, Cenggu dan Padolo sebenarnya hampir rata-rata sudah
berumur 45 hari. Artinya tingga menunggu seminggu lagi baru panen. Dengan fluktuatif
harga pasar Bawang saat ini, setidaknya kerugian yang dialami per 100 meter adalah
Rp 1- 4 Juta” Tutur Muhtar melanjutkan.
![]() |
Kendaraan dijalur Tente - Cenggu menerobos terjangan Banjir |
Faktor yang menjadi penyebab Banjir Bandang yang melanda 4
kecamatan sekaligus tahun ini adalah akibat hujan yang turun semalam penuh diwilayah
Langgudu dan Lambitu. Namun penyebab utamanya adalah minimnya areal resapan air
yang ada dipegunungan Langgudu dan Lambitu. Hal ini ditengarai akibat pembukaan
Lahan ladang pindah di kawasan Tambang Marmer Kawuwu. Hal ini diakui oleh H.
Sunardi, Warga Tente yang mengamati perubahan alam beberapa Tahun terakhir serta
pembukaan lahan Tambang di wilayah Kawuwu.
Tambang Marmer Kawuwu, saat ini sebenarnya sudah tidak
beroperasi sejak beberapa bulan yang lalu. Hal ini akibat perseteruan Hukum
antara PT Rounded dan PT Indomining yang memegang HPK (Hak Penggunaan Kawasan),
KP (Kuasa Penambangan) dan Ijin ekplorasi dan eksploitasi. PT Rounde dan PT
Indomining saat ini masih saling menggugat di PTUN Surabaya terkait Tumpang
tindih Ijin Pemanfaatan lahan.
Sehingga selama PT Rounde dan PT Indomining berurusan dengan
PTUN, selama itu pula Kawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Marmer Kawuwu terbengkalai.
Banyak lubang-lubang yang digali dan belum ditutup menjadi kubangan air. Dilain
sisi, hutan sekitarnya telah ditebang untuk keperluan Tambang. Akibatnya, daya
serap air hujan yang turun semakin minim, sehingga Longsor didekat areal
Tambang menjadi Pemicu meluapnya Dam Ncera yang mengakibatkan Banjir Bandang di
13 Desa yang ada di kecamatan Woha, Belo selatan serta Palibelo.