![]() |
Wamen ESDM (Kemeja putih lengan panjang), Ir Ilham Sabil (Tengah, kaos Olahraga Putih). di Lereng Tambora sebelum melakukan pendakian Gunung Tambora (21/4) Foto: Bima Dompu Eden |
Wamen, tiba di Bima pada jumat, (20/4), bukan kamis (19/4) seperti yang diberitakan sebelumnya. Dijemput langsung oleh Kadis Pertambangan dan Energi Kab Bima, Ir Ilham Sabil yang ditemani pula oleh Ir Ridwan. Sesampainya di Bandara Sultan Salahuddin Bima, Wamen melakukan beberapa pertemuan tertutup dengan beberapa pejabat Kab Bima. Dibandara, Wamen sempat berbincang-bincang pula dengan anggota DPD RI, Prof Farouk Muhammad, Wakil ketua DPRD Kab Bima, Drs H. Nadjib HM Ali serta Kapolsek Bandara, IPTU Zulkarnaen HAK.
Pada hari itu juga (Jumat), Wamen langsung menuju Doro Peti, Dompu untuk bermalam karena direncanakan Wamen akan melakukan pendakian Tambora. Pendakian itu telah direncanakan olehnya sebelum Tiba di Bima. Jero Wacik, Menteri ESDM mengaku terakhir bertemu dengan pak Widjajono pada hari Rabu (18/4) diruangan menteri. “Pada saat itu pak Widjajono meminta ijin sama saya ingin mendaki gunung. Namun saya tidak tahu gunung mana yang akan beliau daki. Hanya minta ijin berangkat hari Jumat. Itu saja” ungkap Jero Wacik di Bandara Angkatan Udara, Halim Perdana Kususma Jakarta, kemarin (21/4) dihadapan Wartawan.
Ilham Sabil, Kadis Pertambangan Kab Bima, menceritakan bahwa selama dalam perjalanan dari Bima menuju Dompu, Wamen tidak mengeluhkan apa-apa. Begitu pula ketika menginap di Doropeti. “Beliau satu mobil dengan saya dan beliau tidak mengeluhkan apa-apa. Begitu juga saat menginap di Doropeti. Pagi hari sebelum naik Tambora, kami sempat berfoto bersama dan beliau terlihat sehat bugar” cerita Ilham yang juga ikut dalam Rombongan Pendakian.
![]() |
Wamen ESDM dalam kondisi semakin lemah dievakuasi dari Pos III ke Pos II |
![]() |
Saat Menunggu Evakuasi Udara dari SAR di Pos II Tambora |
![]() |
Disini Wamen dipastikan sudah meninggal (Pos II menuju Pos I G. Tambora |
Menurut Koransindo dalam tajuk ‘Dari Gunung Kembali Ke Gunung’. Jauh sebelum mendapat kepercayaan sebagai wakil menteri ESDM, dosen ITB ini dikenal sebagai pencinta gunung. Dia sering kali menghabiskan waktu luangnya untuk menaklukkan gunung, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
Hobinya ini tidak berhenti walau dia sudah menjadi pejabat tinggi negara. Dalam suatu kesempatan kepada wartawan dia menuturkan telah menggemari hobi mendaki gunung sejak duduk di bangku SMA.Gunung pertama yang didaki pria berambut gondrong tersebut adalah Gunung Gede, Pangrango, Jawa Barat. Jika dijumlahkan, total gunung yang telah didakinya hampir mencapai 50 gunung. Di antara pendakian gunung tersebut, pengalaman yang paling berkesan menurut dia adalah ketika Widjajono mendaki Gunung Himalaya di Kala Patthar.Pasalnya dia sempat merasakan pengalaman spiritual ketika mendaki gunung hitam tersebut.
Adapun pengalaman yang menurut dia paling menantang adalah ketika menjelajahi Gunung Aconcagua, Mesir, karena saat mendaki dirinya sempat merasakan petir besar dan hujan badai. Rektor ITB Akhmaloka membenarkan hobi teman sealmamater tersebut.
Menurut dia, sejak awal masuk kampus Widjajono sudah bergabung dengan mahasiswa pencinta alam untuk menaklukkan gunung di berbagai pelosok Tanah Air. Bahkan saat menjadi guru besar pun Widjajono masih terus menyalurkan hobinya menaklukkan gunung-gunung di dunia, termasuk pegunungan Amerika Selatan.
“Di usia yang saat itu sudah 60 tahun itu saya tidak menyangka kondisinya sangat fit dan luar biasa,”ujar Akhmaloka kepada SINDO tadi malam. Menurutnya, setiap pendakian ke luar negeri,Widjajono selalu meminta izin kepada dirinya selaku rektor.
Adapun untuk mendaki gunung di negeri ini,almarhum selalu menggunakan waktunya setiap akhir pekan.“Kalau mendaki gunung di mancanegara selalu dilakukannya saat break semester,” ujar Rektor ITB periode 2010–2014 itu. Sejumlah data dan foto menyebutkan, lelaki yang meraih gelar master serta doktor ekonomi dan perminyakan di Amerika Serikat ini bukan hanya pernah menaklukkan gunung di Tanah Air, tapi juga gunung-gunung yang menjadi idola pendaki profesional seperti Himalaya di Nepal,Gunung Fuji di Jepang, dan Kilimanjaro di Afrika.
Foto-fotonya saat berada di puncak gunung bahkan dipajang di buku karyanya, semisal fotonya saat di Kitap Taman, Kalapattar, Himyalaya yang berada di ketinggian 5.545 m (15/04/2007). Foto ini ditampilkan dalam biodata bukunya yang berjudul Mengenal Pembangunan dan Analisis Kebijakan. Adapun dibuku Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan Analisis Kebijakan,dia memasang fotonya saat berada di Kilimanjaro, Afrika (22/02/2009).
Dia juga mewarnai setting blog-nya dengan gambar pegunungan. Saking cintanya dengan anugerah Tuhan tersebut, anggota Dewan Energi Nasional ini menamai putrinya berdasarkan gunung-gunung yang pernah ia taklukkan. Nama putri tunggalnya, Kristal Amalia, konon berasal dari nama Gunung Kerinci, Rinjani, Semeru, Tujuh, dan Latimojong. (Liputan: Fatwa/Rangga/Nisa/Fitri)
KET: Semua Foto diatas dari: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=438779812804816&set=a.438767779472686.126905.100000184035433&type=3&theater