![]() |
Masjid Al-Muwahiddin - Kota Bima (Foto: Fahru Razi) |
BABUJU Report, -
Berbagai pagelaran kegiatan menyambut serta memeriahkan HUT Kota Bima ke
10 pada tahun ini mewarnai berbagai
sudut kota Bima. Dari ‘Panggung Rakyat’ yang menelan dana puluhan juta, Pawai
Budaya, berbagai Lomba Tingkat Propinsi hingga Acara ‘Makan Gratis’ untuk Warga
Kota Bima, yang diselenggarakan disepanjang Pesisir Amahami – kota Bima, Hari
selasa kemarin (10/4).
Dari pantauan langsung dilapangan, keramaian menyelimuti
‘jalan kembar’ Amahami. Memenuhi sepanjang pesisir pantai Amahami hingga Lawata
– Kota Bima. Berjejer 52 Stand SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Dinas) serta Bagian setda maupun Kelurahan se-Kota
Bima. Jika dulu, Stand-Stand yang didirikan tersebut adalah untuk memamerkan
keberhasilan program Dinas maupun foto-foto karya serta Potensi garapan SKPD
terkait, kali ini jauh berbeda.
Stand-stand tersebut wajib menyajikan 1.000 Porsi per stand
untuk ‘Makan Gratis’. Jika dikalikan dengan 52 Stand yang ada, setidaknya ada
52.000 Porsi makanan dari berbagai menu yang dihidangkan. Malah Pemkot Bima
menyediakan subsidi Rp 5 Juta rupiah per Stand Kelurahan yang mengambil bagian
dalam kegiatan ‘Makan Gratis’ tersebut.
Dalam setiap Stand yang berdiri tegak, tersedia berbagai
menu makanan siap saji yang konon katanya disuguhkan untuk Warga Kota Bima
secara gratis dalam rangka perayaan HUT Kota Bima ke- 10. Acara yang disuguhkan
tersebut diserbu oleh ribuan warga kota Bima, dari siang pukul 14.00 Wita
hingga pukul 22.00 Wita. Tidak sedikit Stand yang kehabisan stock menjelang
sore hari, misalkan Stand Dinkes (Dinas Kesehatan) Kota Bima. Namun ada juga
beberapa yang melayani warga hingga malam.
Nurdin, warga Salama yang hanya lewat dan melihat-lihat
jejeran menu makanan menyatakan keheranannya. Nurdin menilai, acara makan
gratis yang disuguhkan oleh Pemkot Bima sesungguhnya bukan untuk warga Kota
Bima, .namun untuk para Pegawai serta keluarganya. “Coba perhatikan orang-orang
yang duduk dalam stand yang ada, hampir rata-rata mereka menjamu keluarga
mereka sendiri. Warga lain hanya bisa menonton dan enggan masuk karena merasa
tidak akrab dengan para palayan makanan” ungkitnya.
Endang, warga Monggonao juga merasakan hal yang sama. Warga
Bima yang tidak dikenal dilayani dengan setengah hati, keluarga pegawai yang
dating, dilayani dengan sepenuh hati “saya melihat ini cenderung menjadi acara
Makan Gratis keluarga Pegawai di pemkot Bima” cetusnya.
![]() |
Lafazd Allah yang patah dipucuk Kubah Masjid |
Keironian Nampak terlihat, ketika Pemkot Bima melalui SKPD
yang ada mengadakan kegiatan Makan Gratis, namun masjid yang Nampak kubah-nya
dari lokasi acara Makan Gratis di Amahami, belum dianggarkan secara maksimal.
Nampak merana memandang jauh dari namanya yang megah namun rapuh secara fisik.
Ya, Masjid yang menjadi maskot Kota Bima itu bernama Al Muwahiddin, direhab
dan mulai dibangun dengan dana puluhan miliar rupiah sejak tahun 2003.
Dilanjutkan lagi pembangunannya ditahun 2006, hingga kini tidak mengalami
kemajuan pembangunan yang berarti. Padahal dana yang terkucur kedalam kas
panitia pembangunan telah berjumlah puluhan Miliar.
Jika kita menghitung suguhan makanan yang disajikan dalam
kegiatan Makan Gratis yang diadakan oleh Pemkot Bima melalui SKPD yang ada,
setidaknya setiap SKPD menganggarkan dana minimal antara Rp 30 – 50 Juta. Jika
kita kalikan dengan 52 SKPD/Bag/Keluarah se-Kota Bima yang berpartisipasi,
Jumlah dana yang terkumpul bisa hingga Rp 1 Miliar. Jika saja dana tersebut
diarahkan untuk memperbaiki lafazd Allah dipucuk Kubah mesjid Al Muwahiddin, mungkin
akan lebih bermanfaat dan juga dapat pula dialihkan untuk kegiatan kemanusiaan
maupun Kunjungan ke panti-panti yang ada di Kota Bima.
Keironian ini diamini oleh banyak warga Kota Bima yang
kehilangan nafsu makan jika melihat sikap pelayanan yang disuguhkan oleh Aparat
Birokrasi Kota dan terbengkalainya Anggaran Kelanjutan Pembangunan Masjid Al
Muwahiddin, disaat semangat Penyelenggaraan Makan Gratis ‘Warga’ Kota Bima .
Namun kenyataan seperti ini terbilang hal yang biasa dengan
berbagai alibi. Seorang Pegawai disalah satu SKPD Kota Bima yang tidak ingin namanya dimediakan
menjelaskan bahwa, Kegiatan yang dipelopori oleh pemkot Bima tersebut, sepenuhnya
untuk masyarakat Kota. ‘Inikan hanya sekali setahun, itupun belum tentu
diadakan lagi pada tahun depan” Ujarnya singkat.
Hanya karena alasan ‘klasik’ seperti itulah, kelanjutan
Pembangunan Masjid Al – Muwahidin tersendat-sendat dan tertunda-tunda. Ibarat
manusia yang hidup terluntah-luntah, bingung mau kemana dan akan jadi apa
kelak, dilain sisi, tidak semua orang merasa iba terhadap orang tersebut. Namun
kita semua mesti sadar bahwa "Kefaqiran mendekati
kekufuran" (Liputan: Rangga)