![]() |
Bercengkrama dengan Team di Pos II sebelum ganti Mobil menuju Pos III Gunung Tambora (21/4) Foto: Bima Dompu Eden |
BABUJU Report,- Meninggalnya Wamen (Wakil Menteri) ESDM (Energi Sumber Daya Mineral), Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo, Ph.D, yang dikenal nyentrik ini mengagetkan banyak pihak, termasuk Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, yang langsung memerintahkan Menteri ESDM, Jero Wacik, untuk menjemput jenazah Pak Widjajono, langsung dari Sumbawa. Berikut catatan perjalanan yang dirangkum oleh Edi Mantaha atau dikenal Bima Dompu Eden (nama FB).
Siang Itu Jum'at (20/4) pukul 13.30 Wita, saya berangkat menuju Lokasi pendakian (Gunung Tambora; red) bersama Team saya yang tergabung dengan Team Dinas Pertambangan Kab.Dompu. Sebelum meninggalkan Dompu, Team Kami sempat bertemu dengan Pak Widjajono di depan Hotel Rinjani bersama Pak Ilham Sabil, Kadis Pertambangan Bima. Pada saat itu, wamen berada dalam mobil Ford milik Kadis pertambangan Kab Bima. Beberapa menit kemudian kami berangkat bersama rombongan.
Perjalanan menuju Pos I, kurang lebih satu jam. Sehingga pada jam 15.30 wita semua Team yang berencana ikut dalam rombongan Wamen, sudah sampai di Pos I Gunung Tambora. Sedangkan Team Panitia Pendakian dari Kab Dompu sendiri telah berada terlebih dahulu di Pos I. Team ini di Pimpin Oleh Pak Ibnu Khaidun.S.Sos (Dae Adun). Wamen berjabat salam dengan Team-team yang ada dan mulai mengatur perjalanan. “Dari Pos I Doro Peti, Wamen Ganti Mobil dengan menggunakan Mobil Strada bersama dengan saya, Pak Jufri Kasubdin Pertambangan Dompu dengan dua orang Staffnya, Tujuan Perjalanan menuju Pos 2 Tambora” Cerita Edi.
Masih menurut Edi, dalam perjalanan bersama Wamen, Banyak cerita yang coba dikisahkan seraya bersenda gurau dan kerap diselingi tentang kisah keluarga serta teman-temannya di Jakarta. ada beberapa rencana-rencana kerja yang beliau sampaikan dan saya sempat meminta pada beliau untuk membantu mencarikan anggaran untuk pengerasan jalan menuju Gunung Tambora. “Alhamdulillah beliau merespon dengan baik dan meminta saya untuk membuat rencana kerja dan meminta untuk dikirim melalui emailnya, beliau bilang akan minta bantuan pada perusahaan tambang yang ada di NTB tidak perlu pakai APBD” Tuturnya.
Dibeberapa pembicaraan selama satu jam perjalanan menggunakan mobil menuju Pos II Gunung Tambora. Pak Widjajono, banyak bertanya kepada Edi terkait Kondisi Tambora dan sekitarnya. “Beliau bertanya jarak antara Pos II ke Pos III, juga tentang jalan lingkar Tambora yang disepanjang jalan hanya kubangan saja yang ada. Pada saat itu, beliau berjanji untuk melakukan Peng-aspal-an jalur tersebut dan berjanji akan kembali hadir pada bulan September bersama Pak Menteri Pertanian” kisahnya.
Tidak ingin membuat suasana hening, Pak Widjajono berbincang ringan dengan Jufri, Kasubdin Pertambangan Kab Dompu sekaligus bertugas sebagai Driver mobil yang ditumpanginya. Saat itu, Pak Widjajono mengkisahkan bahwa huruf yang mengukir nama anaknya diambil dari nama-nama gunung yang pernah ia daki. “Anak saya yang pertana saya kasih nama KRISTAL, kepanjangan dari Kerinci, Rinjani, Inerie, Semeru, Tambora, Agung, Latimojong” Disambut riuh tawa canda dalam mobil tersebut.
Disinilah diketahui bahwa Pak Widjajono sebelumnya pernah mendaki Tambora. Menurutnya Gunung Tambora pertama kali beliau daki pada masa-masa beberapa tahun setelah kuliah atau sekitar tahun 80an akhir.
Setelah sampai dilokasi Pos II yang ditentukan, Pak Widjajono turun dari mobilnya dan menghampiri Pak Ilham Sabil yang sudah sampai duluan beberapa menit. Terjadi perbincangan serius, terkait rencana Pak Widjajono dalam mengupayakan Bantuan pengaspalan jalan lingkar Tambora serta jalur Pos I menuju Pos II, seperti halnya Gunung Semeru yang sekarang telah dihotmix dan menjadi areal wisata masyarakat. Jarak antara Pos I ke Pos II, kurang lebih 17 kilometer. Sekitar pukul 17.30 seluruh Team sudah berada di Pos III dan berkesimpulan untuk melanjutkan menuju Pos III. Jarak antara Pos II ke Pos III hanya sekitar tujuh Kilometer.
Pak Widjajono berganti Mobil, menggunakan mobil Hartop yang telah disiapkan, dan pukul 20.00 seluruh team telah berada di Pos III. Karena telah malam, masing-masing mendirikan tenda dan Bivak. Nampak disekitar tenda Pak Widjajono, juru masak sedang meracik makan malam untuk Pak Widjajono. Dan begitupun dengan beberapa tenda team yang lainnya, meski sebagian Team ada pula yang duduk-duduk rehat sambil ngopi.
Setelah Pak Widjajono usai diwawancarai oleh Crew TvOne yang ikut dalam rombongan Pendakian, beliau langsung masuk beristrahat ke dalam tenda, bersama Ir Ilham Sabil, Kasubdin Pertambangan Dompu dan ajudan Pak Widjajono. “Saya sendiri ikut dalam tenda Pak Widjajono, sedangkan Crew TvOne serta lainnya tidur di samping tenda Pak Widjajono yang sudah di atapi terpal biru ukuran 5 x 7 meter. Namun, ada juga yang tidur di luar bahkan di mobil sambil menjaga lingkungan sekitar dari gangguan” ungkap Edi.
Masih menurut Edi, jumlah anggota yang terlibat dalam pendakian sebanyak 21 orang, 3 orang yang jaga logistik di Pos III sehingga total anggota team sebanyak 25 orang, termasuk Pak Widjajono, Pak Ilham Sabil dan Pak Jufri, Kasubdin Pertambangan Kab Dompu.
Pada hari sabtu dini hari (21/4), sekitar pukul 02.30 Wita, Nampak beberapa rekan-rekan team menyalakan api unggun seraya menghangatkan badan dekat api unggun. Satu persatu, anggota Team terbangun, juga diantaranya Pak Widjajono. Beberapa anggota yang lain, merapikan tenda dan menyiapkan sarapan sealakadarnya. Rencana pun kembali dimatangkan.
Pada pukul 03.50 Wita, doa bersama pun dilakukan dan tepat pukul 04.00 Wita pendakian mulai dilakukan. Pada saat itu, ketinggian, baru berkisar 2.000 – 2.250. setelah berjalan kurang lebih 600 meter dari titik star (Pos III), Pak Widjajono meminta istrahat sejenak. “Meski saat itu masih terlalu gelap dan jam tangan saya masih menujuk sekitar pukul 05.20 Wita. Saya berada sekitar 20 meter dari tempat beliau istrahat” ceritanya.
Setelah beberapa menit, Pak Widjajono memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan, Edi Mantaha menjadi Leader perjalanan (pemimpin rombongan terdepan). Namun belum sampai 20 menit perjalanan, Pak Widjajono, meminta istrahat lagi. Pada saat itu, diceritakan oleh Edi bahwa Pak Widjajono sudah Nampak lelah dan pucat dengan rambut terurai samping, tidak lama berselang Pak Widjajono, meminta Crew TvOne untuk melakukan wawancara dengan latar lereng Kaldera Tambora, “Wawancara pun dilakukan yang didampingi oleh Kadis Pertambangan Kab Bima, Kasubdin Pertambangan Kab Dompu dan saya sendiri berada sekitar 2 meter dari posisi beliau”, ungkapnya.
Menurut penuturan Edi, saat itu sempat ditanya karena kondisinya yang Nampak lelah. Namun beliau menjawab, masih kuat meski sempat lelah ketika pertama star tadi namun kini sudah biasa dan tak ada masalah. Dalam wawancara yang dikakukan oleh crew TvOne, Pak Widjajono menghimbau untuk menghormati dan menghargai alam dengan cara mencintai dan menyayangi alam. Wawancara itu dilakukan sambil berjalan pelan-pelan dan seraya menunduk. setelah selesai rekam gambar wawancara, Pak Widjajono lagi-lagi minta istrahat dan langsung merebahkan diri. “Saya melihat beliau merebahkan diri, saat itu sudah pukul 06.45 Wita, dan antara saya dengan Pak Widjajono, berjarak kurang lebih 60-80 meter. Sesekali saya tengok kebelakang, dan beliau masih merebahkan diri ditemani oleh seorang stafnya, Crew TvOne serta Anggota pengamat Gunung api Sangiang Kab Bima” tuturnya.
Karena telah mendekati Kawah Tambora, saya mencoba mendekati untuk memantau keadaan. Pada saat itu, jarak kawah Gunung Tambora dengan posisi Pak Widjajono adalah sekitar 150-200 meter. Namun aroma belerang begitu kuat menyengat. Sehingga kadar oksigen dalam udara sekitar Kawah sangat minim. “Saya merasakan mual ketika terlalu lama dekat dengan kawah Tambora, apalagi, terlalu banyak menghirupnya. Beberapa anggota Team yang lain mengabdikan beberapa Moment kawah dipagi hari itu.
Mengetahui baterai HP drop, saya kemudian duduk istrahat sambil perhatikan Pak Widjajono, nampaknya beliau sudah terbangun dan duduk kemudian berdiri dan memulai pendakian lagi sekitar pukul 07.20 Wita, kurang lebih 15 meter dari tempat istrahat sebelumnya, Pak Widjajono duduk dan istrahat lagi serta terlihat dari jauh sedang di pijat oleh salah seorang. Beberapa saat saya masih melihat beliau sedang di pijat, hingga beberapa saat kemudian beliau berdiri dan berbicara dengan salah seorang stafnya dan kemudian melanjutkan pendakian sambil di rangkul berjalan pelan-pelan. Hanya beberapa meter Pak Widjajono berjalan, kemudian meminta istrahat lagi dan duduk sambil dipijat-pijat lagi telapak kakinya.
Selanjutnya Pak Widjajono merebahkan sendiri badannya pada posisi sekitar 40 meter dari bibir kawah, saat itulah Pak Widjajono tertidur dan saya sendiri tidak melihat lagi aktivitas lain karena sedang di kelilingi oleh tiga orang yang bersamanya.
Sekitar pukul 08.40 wita, salah seorang yang menemani Pak Widjajono berteriak meminta Pak Ilham Sabil, agar segera turun menuju Pos II dan I. Seluruh Team yang sedang menikmati sunrice masing-masing bergegas turun dari bibir kawah. Masing-masing bertanya, kenapa? salah seorang anggota yang menemani Pak Widjajono istrahat menyatakan bahwa Pak Widjajono sudah tidak bernapas lagi. “Hampir seluruh anggota panic dan saya pun memeriksa denyut nadi beliau, baik ditangan sebelah kanan maupun kiri, terasa masih berdetak dan setelah diteliti dengan jeli detak jantungnya masih ada, hanya agak lemah dan pelan dengan kondisi mata terbuka kemudian yang lain ikut memeriksanya, saya saat itu meminta kapada Pak Ilham dan Crew TvOne serta salah seorang stafnya untuk segera cari bantuan dan segera pula dibawa turun karena dilokasi itu, oksigen sangat tidak memungkinkan untuk orang yang sedang sakit” Cerita Edi
Saya sendiri duduk disamping Pak Widjajono yang rebah sambil mendengarkan orang lagi berbicara di HT (hand Talking) untuk meminta bantuan pada pos II guna segera melakukan upaya dan tindakan emergency call kepada pihak-pihak terkait di Dompu dan PT. STM (Sumbawa Timur Mining) yang memiliki helicopter. (Bersambung)