
Dia mengatakan, kegiatan tersebut di ikuti oleh seluruh pejabat hubungan masyarakat (Humas) dari Pemerintah Provinsi Nusa tenggara Barat (NTB), dari 10 kabupaten/kota di NTB, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, katanya, pihaknya juga mengundang anggota DPRD NTB dari Komisi yang membidangi masalah kesehatan, namun tidak ada satupun yang hadir. Dr. Untung mengatakan, jika kasus kekurangan gizi pada anak bawah 5 tahun (balita) tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan akan memperbesar angka kasus gizi buruk di NTB yang di anggap masih cukup tinggi dan berada di posisi kedua se Indonesia setelah provinsi Gorontalo. ”Kekurangan gizi pada anak usia balita kemungkinan menjadi salah satu factor, mengapa indeks pembangunan manusia (IPM) NTB berada di posisi ke 32 dari 33 Provinsi di Indonesia” Ujarnya.
Menurut dia, Relatif tingginya angka anak balita yang mengalami kekurangan gizi di sebabkan pemahaman masyarakat, terutama kaum ibu terhadap pentingnya memberikan makanan yang sehat dan bergizi. Pandangan kaum ibu di NTB terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi yang masih berusia di bawah 6 bulan juga menjadi factor penyebab tingginya angka kekurangan gizi pada balita. ”Pola pikir pemberian makanan tambahan pada bayi usia di bawah 6 bulan itu yang harus di ubah. Bayi usia di bawah 6 bulan cukup diberikan air susu ibu (ASI). Kami terus berupaya mengubah pola pikir seperti itu melalui upaya penyuluhan,” ujarnya.
Intervensi lain yang dilakukan, kata dia, adalah dengan memberikan makanan tambahan pada anak usia sekolah Dasar bekerja sama dengan kementerian pendidikan dan Kebudayaan serta lembaga Swadaya masyarakat. Pemberian makanan tambahan yang sehat dan bergizi dilakukan melalui Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) dan TABURIA.
TABURIA adalah Bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita Taburia mengadung 12 macam vitamin dan 4 macam mineral yang bermanfaat untuk menambah nafsu makan anak dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak, mata, tulang dan gigi. Pemerintah pusat juga mendorong agar masyarakat di NTB lebih gemar mengkonsumsi makanan local memiliki kandungan gizi cukup untuk pertumbuhan fisik dan kecerdasan otak anak.
”Kami juga mendorong agar masyarakat menjadikan pangan lokal sebagai makanan tambahan bagi anak balita. Pangan lokal seperti kacang-kacangan memiliki kandungan gizi yang bagus untuk kecerdasan otak anak” ujarnya. Kemenkes, lanjut untung, juga sudah menyalurkan dana bantuan sebesar Rp 250 juta pertahun kepada seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dana tersebut bisa di arahkan untuk membantu perbaikan gizi pada balita, selain untuk biaya operasional.
(Sumber: Berita ANTARA)