BABUJU Report,- Kondisi penderita kusta yang menempati kompleks Rumah Sakit (RS) Kusta Panda, kini sangat memprihatinkan. Rumah yang mereka tempati sekarang sudah tidak lagi dapat ditempati dan disebut sebagai rumah layak huni karena sudah rusak berat. Dari pantauan yang dilakukan oleh BABUJU Report atas pemberitaan Komunitas Kampung Media (KM) Rimpu Cili, beberapa waktu yang lalu, memang harus diakui bahwa rumah yang disebut dengan RS Kusta tersebut sudah tidak sehat.
Dari penuturan beberapa penghuni RS Kusta Panda, seingat mereka, sudah sekitar 9 tahun terakhir tidak pernah lagi RS tersebut direhabilitasi. Hal itu memang nampak dari kusam serta tidak terawanya bangunan RS rumah kayu yang bertiang 16 tersebut. Dari penuturan masyarakat sekitar, Penghuni RS Kusta jarang mau keluar halaman RS untuk bersosialisasi, selain rata-rata sudah berusia lanjut, mereka juga tidak biasa keluar halaman sejak dulu.
Di sisi lain jaminan sembako dari pemerintah tersendat. Sebelumnya, jatah sembako dibagikan setiap bulan, sekarang kadang-kadang tersendat. “Bisa 2 sampai 3 bulan baru dibagikan. Padahal itu satu-satunya harapan kami untuk makan. Fisik kami sudah tidak memungkinkan untuk bekerja.” Ungkap salah seorang penghuni RS seperti yang direleas oleh KM Rimpu Cili
Memang kalau kita perhatikan penderita kusta yang ada di kompleks RS Kusta Panda yang berjumlah 11 orang itu rata-rata berusia lanjut. Mereka sudah puluhan tahun tinggal di situ. Bahkan sudah beranak cucu. Walaupun demikian mereka masih tetap bertahan hidup di tempat itu. Pasalnya mereka merasa tidak mungkin kembali ke tempat asalnya walaupun mereka sudah dinyatakan sembuh dan tidak akan dapat menularkan penyakit kusta lagi. Menurut mereka bahwa penilaian masyarakat terlanjur negatif pada mereka. “Orang-orang merasa jijik pada kondisi kami.” Ungkap mereka.
Kondisi dan keadaan ironi begitu ironi ditengah kehidupan dan dukungan pemerintah atas bidang Kesehatan yang cukup besar setelah pendidikan. Apalagi belum genap sebulan yang lalu Pemerintah Kabupaten Bima baru saja menyelenggarakan Kegiatan ‘Kampanye NTB Bebas Campak, Kusta & Polio” dengan mengundang berbagai pihak serta menghadirkan para pembicara yang cukup luar biasa. Belum seminggu yang lalu, kegiatan advokasi penyakit kusta tingkat Kabupaten Bima, yang dihelat di Aula Dishubkominfo Kota Bima, selasa (2/11) yang lalu. Kegiatan ini dihadiri oleh drg. Hj. Siti Hadjar Joenoes Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, dr. Christin Widyaningrum dari Kementerian Kesehatan RI, serta, I Made Suadnya, M.Kes dari P2L Dikes Propinsi NTB
Kegiatan tersebut membahas terkait pentingnya latihan advokasi kepada seluruh pihak-pihak terkait mengenai penyakit kusta. Sehinga diharapkan, melalui forum pertemuan tersebut bisa ditemukan solusi sebagai jalan keluar mengatasi merebaknya penyakit kusta.
Namun dilain sisi, RS Kusta di Panda Kec Palibelo Kabupaten Bima yang kini dihuni oleh 11 penderita tersebut tidak lagi didekati, diamati serta diperhatikan lagi. Bagaimana bisa mengatasi merebaknya penyakit kusta yang secara statistik, kabupaten Bima diketahui memiliki Penderita Kusta terbesar se-NTB dengan rasio 100 ribu penduduk, 6 orang diantaranya mengidap Kusta. Kondisi ini menjadikan Ironi bagi upaya meminimalisir angka kesehatan di kabupaten Bima. Kegiatan seremonial seperti yang disebutkan diatas tentu menghabiskan anggaran jutaan rupiah. Jika dibandingkan dengan rehab ringan RS Kusta di Panda tentu hanya menghabiskan sepertiga anggaran seremonial tersebut.
Untuk itu dibutuhkan kesadaran sosial secara kolektif atas kondisi, dinamika serta keadaan disekitar kita. RS Kusta didirikan pada tahun 1982. RS yang kini tidak terawat tersebut sesungguhnya milik pemerintah Kabupaten Bima yang tidak diperhatikan sama sekali. Apakah karena merasa jijik dengan warga nya yang sedang menderita kusta disana? Ataukah RS tersebut sudah tidak mendatangkan keuntungan yang bernama PAD bagi daerah?
Untuk itu, kepada pemerintah kabupaten Bima, terutama instansi terkait agar benar-benar memperhatikan mereka. Ingatlah bahwa mereka juga adalah pemilik syah negeri ini. Mereka juga mejadi pemilih saat Pemilu Legislatif, Pilpres, dan Pemilukada. Bisa jadi posisi yang anda-anda dapatkan sekarang berkat langkah pincang mereka menuju TPS dan jari-jari tumpul mereka saat menandai foto anda di kartu suara. Datanglah ke sana. Lihatlah penderitaan mereka, untuk memastikan bahwa disana ada warga anda, - mungkin pula bisa jadi sanak saudara anda yang sedang berteriak hampa akibat keadaan dan kondisi yang mereka alami. (Liputan: Rangga)