BABUJU Report.- setiap tanggal 28 Oktober, masyarakat indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda. Namun beberapa tahun belakangan, seakan-akan 28 Oktober menjadi hari yang biasa dan tak ada yang istimewa. Yang pada akhirnya, tidak sedikit generasi bangsa ini lupa akan sejarah besar, Hari Sumpah Pemuda. Selain itu, hari Sumpah Pemuda yang semestinya harus dirayakan dengan berbagai demontrasi kreatifitas, pertunjukan inspiratif serta penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatif yang tentunya dilakukan oleh Generasi Muda, tiada gaung karena tiada dikreasikan.
Tak beda jauh dengan di daerah Bima, kota maupun Kabupaten. Hari Sumpah Pemuda berlalu begitu saja, tanpa corak dan warna yang menjadi simbol maupun ‘tanda’ bahwa generasi muda memiliki kiprah dan peran dalam membangun daerah. Dari Pantauan BABUJU Report, dari pagi hingga sore tadi (28/10), tidak ada kegiatan maupun kondisi yang membedakan dengan hari-hari yang lain. Siswa/i bersekolah seperti biasa, mahasiswa/i juga seakan tidak tahu bahwa salah satu pendobrak Kemerdekaan Indonesia melalui Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Begitupun birokrasi, bekerja dan menikmati ‘kerja pendek’ karena Hari Sumpah Pemuda pada tahun ini bertepatan dengan Hari Jumat.
Meski demikian, ada yang berbeda dengan kondisi diseputaran Perempatan ‘Paruga Parenta’ dijalan Soekarno-Hatta Kota Bima pada hari Sumpah Pemuda kali ini. 3 element kemahasisaan Bima turun kejalan. Semuanya fokus di Perempatan Paruga Parenta. Ada dari HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Bima yang lebih dulu berada dilokasi aksi sekitar pukul 09.15 Wita. Mengambil posisi didepan Kantor Walikota Bima dan kemudian disusul oleh LIMID (Liga Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi) yang mengambil posisi didepan Kantor Bupati Bima. Terakhir, dari Komunitas BABUJU, yang mengambil posisi di empat titik trafict light Paruga Parenta. Masing-masing lembaga turun dengan tuntutan yang berbeda, namun memanfaatkan Moment Kebangkitan Pemuda melalui Sumpah Pemuda ke 83 pada tahun ini.
HMI Bima yang mengambil bagian depan gedung walikota Bima menggelar aksi orasi menuntut Realisasi Anggaran Pendidikan 20% serta Penegakan Supermasi Hukum seadil-adilnya. Sedangkan LIMID berada tepat didepan pintu masuk gendung Paruga Parenta (Kantor Bupati Bima), mengusung isu Nasional yaitu ‘Dukung Penggulingan SBY – Boediyono’. Sedangkan Komunitas BABUJU yang mengambil titik perempatan Lampu merah Paruga Parenta melakukan aksi Bagi Bunga Perdamaian dan Agitasi Penggugahan tentang Kepemudaan.
Korlap Aksi Komunitas BABUJU, Eka, menyatakan, bahwa aksi ini merupakan aksi damai dari komunitas BABUJU, tidak orasi, hanya pembagian agitasi dan bunga. “Memang kami tidak melakukan demontrasi atau aksi orasi seperti lembaga lain yang turun hari ini, hanya membagi agitasi dan bunga penggugahan kepada para pengendara yang meliwati lampu merah ini” ungkapnya kepada BABUJU Report.
“Massa Aksi dari Komunitas BABUJU menggunakan pakaian kemeja dengan ‘Tembe Nggoli’ yang dilingkar dipinggang sebagai makna bahwa, kami (Pemuda) tidak melupakan Sumpah yang dilakukan oleh Pejuang pada 83 tahun silam, dan juga sekaligus tidak melupakan identitas budaya tempat kami berada. Bunga Damai ini kami buat sendiri sebanyak 2.500 tangkai dan begitupula dengan Agitasi yang difotocopy juga sebanyak 2.500 lembar” sambung Eka. Harapannya, masyarakat khususnya para Pemuda Generasi Dana Mbojo hari ini untuk selalu mengingat dan memahami makna Sumpah Pemuda itu sendiri.
Irwan Saputra, warga Kota Bima yang meliwati perempatan Paruga Parenta dan mendapatkan suguhan Bunga dan Agitasi dari Aksi BABUJU menyatakan sangat tergugah dan aksi tersebut begitu menarik. “Rekan-rekan BABUJU dalam aksinya selain inovatif dalam menarik mata pengendara dengan pakaiannya yang mencolok beda, juga mampu mengupas sesuatu yang memang demikian pada kenyataannya, itu yang membuat saya tertarik dari beberapa aksi yang kebetulan selalu saya dapati” Ungkapnya kapada BABUJU Report.
Verra, Mahasiswi Kebidanan salah satu PTS di Kota Bima yang juga mendapatkan setangkai kembang perdamaian dan Agitasi Penggugahan menyatakan, tidak tahu kalau hari itu adalah Hari Sumpah Pemuda “Saya tidak tahu kalau hari ini Hari Sumpah Pemuda mas, setelah saya dapati Selebaran (Agitasi;red) ini baru saya sadar” ujarnya lirih
Beda lagi dengan Wahyudin, warga Wera Kabupaten Bima yang kebetulan melintasi lokasi aksi, menyatakan salut dan bangga dengan aksi yang dilakukan oleh Komunitas BABUJU. “Jika aksi demonstrasi mahasiswa dilakukan dengan cara yang santun dan elegan seperti ini, saya yakin, hanya manusia yang tidak punya hati yang merasa tidak tergugah. Bagi saya ini sudah sangat luar biasa, dari pakaian massa aksi yang sederhana namun menarik, kalimat Agitasi yang mudah dicerna dan menggugah hati bagi setiap orang yang membacanya, serta Bunga Damai yang membuat setiap orang merasa dihargai dan dihormati. Saya angkat Topi untuk mereka (BABUJU; red)” jelasnya ketika dijumpai di tempat Tambal Ban, sebelah selatan perempatan Paruga Parenta.
Agitasi Aksi yang dibagi oleh Komunitas BABUJU, mengajak para pemuda untuk segera bangkit. Jangan diam, ayo gerak, Masa depan Bangsa ada ditangan Pemuda. mengajak para Pemuda untuk sinsingkan lengan baju, bangkit dari keterpurukan atas pembodohan culture, pembodohan struktur, pembodohan yang telah ter-sistemik. Menyerukan kepada segenap Pemuda Dana Mbojo untuk lakukan perubahan dengan Sumpah, bahwa Pemuda Dana Mbojo, Bukan ‘Sapi Perahan’ yang dengan mudah dijajah oleh pola ‘konsumerisme’ neolib, sexy style serta melekat label ‘budak maksiat’
Dalam agitasi tersebut juga Meminta kepada para stakeholder Kota maupun kabupaten Bima untuk menghentikan perayaan Sumpah Pemuda dalam tataran seremonial belaka, Hari ini Pemuda harus mampu Bangkit dari keterpurukan menuju ‘gerbong’ kebangkitan nyata. Maknai bahwa perjuangan, Pengorbanan dan usaha hingga hari ini tentu bukan sepenuhnya hanya untuk Pemuda itu sendiri, namun juga untuk generasi serta anak cucu kelak. Mengharapkan kepada para Pemuda untuk segera Bangun & Bangkit melawan belenggu dan keterpurukan yang mengaburkan masa depan. Bangun dengan satu kesadaran yang tergugah melalui Dedikasi, Kinerja dan Karya Nyata.
Koordinator Komunitas BABUJU, Julhaidin atau biasa disapa Rangga, yang ditemui di Lokasi Aksi menyatakan bahwa, Sumpah Pemuda adalah semangat bangkitnya para Pemuda dalam membangun ‘gerbong’ menuju cita-cita Kemerdekaan Negara ini. Sehingga Sumpah Pemuda adalah Komitment atau sumpah para pemuda yang gigih dalam ‘membangun diri’. Sumpah Pemuda adalah tonggak sejarah bangkitnya para Pemuda dalam membangun bangsa dan negara. 83 tahun sudah Sumpah ini terikrar dan bukan hanya sekedar slogan semata hingga tiba masa beberapa Tahun terakhir, seakan-akan 28 Oktober adalah seremonial kamuflase yang dihadapkan pada kenyataan pahit...!!
“Bila sudah tidak ada lagi yang peduli dengan tonggak sejarah Sumpah Pemuda ini, maka tunggulah kesesatan generasi bagi bangsa ini kedepan, karena kita saat ini saja telah kehilangan identitas sejarah dan budaya akibat melupakan dan sengaja kita dilupakan. Bukankah, Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu mengingat sejarahnya..?” Ungkap Rangga lantang.
Massa aksi baik dari Komunitas BABUJU, LIMID maupun HMI Bima, membubarkan diri dengan tertib pada pukul 11.15 Wita, setelah berakhirnya rangkaian aksi yang direncanakan sebelumnya. (Liputan: Fatwa/Dhan)