
Dalam perjalanan Pemberdayaan Pedesaan yang berlokasi di Soromandi saya dengan teman-teman yang saya sebut Laskar. Lika liku jalan berbatu menemani dengan indah dan tegang, menelusuri kerikil-kerikil Laut sepanjang jalan menuju Desa Sampungu Kecamatan Soromandi, tampak antusias Laskar melewati bukit-bukit gersang sepanjang jalan lingkar utara Bima tersebut. Dengan berkendaraan 6 (enam) sepeda motor yang bergerombol mengantarkan Laskar sampai ke Tujuan, sekitar pukul 19.13 Wita Laskar menginjakkan kaki di desa sampungu.
Sampungu adalah Desa yang jumlah penduduknya cukup banyak untuk data statistic Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Luas wilayahnya yang nomor wahid serta masyarakatnya yang ramah-ramah. Kami beristirahat dirumah Kades (Kepala Desa) Sampungu, merehatkan diri sesaat dari keletihan perjalanan yang ditempuh selama 2 (dua) jam perjalanan dari Dermaga Punti-Soromandi.
Datang dengan niat baik, kami pun diterima dengan keramahan yang baik dan penuh kekeluargaan pula oleh ‘Sang Tuan Rumah’ serta masyarakat sekitarnya. Karena nampak kelelahan yang tidak bisa kami sembunyikan dari kelopak mata dan wajah yang dipaksa senyum, Tuan rumah tanggap, lalu menyuguhkan kami Kopi Jahe dan Teh Hangat. Kehadiran kami di Sampungu disambut dengan ketiadaan cahaya (Gelap), karena berbarengan dengan giliran pemadaman listrik. Dari pengakuan masyarakat setempat bahwa listrik akan dinyalakan secara bergilir pada setiap Distrik yang telah disepakati. Hal ini disebabkan pada Desa Sampungu belum ada jaringan Listrik. Masyarakat Sampungu menggantungkan diri pada Listrik tenaga Diesel bantuan pemerintah daerah. Listrik Diesel pun hanya menyala sampai Pukul 24.00 Wita saja.
Untung pada saat tersebut, Rembulan menyuguhkan cahaya yang indah untuk kami teduhi sejenak. Tak lepas cahaya alam tersebut, sejenak kami memanfaatkan sinarannya untuk berdiskusi lepas tentang Desa Sampungu sejenak. Areal pemukiman Sampungu juga tidak terjangkau oleh Sinyal HP, sehingga untuk sesuatu yang sifatnya darurat atau melepas rindu pada sanak saudara maupun sahabat kerabat selama berada di desa Sampungu, kami kesulitan.
Malam pun semakin larut yang diringi oleh kesunyian yang semakin kuat menyapa, kamipun terlelap dalam kedinginan dan malam berlalu begitu cepat. Pada pagi yang cerah kami bersepakat menelusuri lekuk Desa, setelah cukup jauh berjalan, saya melihat pada sebuah Bukit Kecil yang dikerumuni oleh banyak orang. Heran dan penasaran bercampur aduk, mengisyaratkan hati untuk segera mencari tahu. Saya bertanya dalam hati,”kenapa begitu rame ?” saya terpaku sejenak dan berbisik kepada kawan yang lain, “Ada apa kok begitu Rame ?”. ungkapku. Senyum sumbringah membuncah dari pinggir bibir salah seorang kawan yang mengetahui keadaan tersebut sembari mengatakan, itu masyarakat yang lagi berkomunikasi dengan sanak saudaranya karena hanya pada bukit kecil itu ada Sinyal HP.
Sayapun kembali mencibirnya dengan kalimat enteng bak iseng “Kenapa tidak dibungkus saja Sinyal HP nya, biar tidak rame-rame ke puncak bukit kecil Itu?”. Rasa penasaran tidak mampu terbendung ingin membuktikan apa sesungguhnya gerangan yang terjadi, setelah sedikit mendaki ternyata saya melihat semua orang di Puncak Bukit itu memegang HP, saya berbisik dalam hati yang sedang berdendang letih karena mendaki pagi-pagi, “ini luar biasa….!!”.
Puluhan orang berkomunikasi sesuai kepentingannya masing-masing. Ada yang berbicara dengan pacarnya, ada yang berbicara dengan Rekan Bisnisnya dan bahkan ada yang berbicara dengan Suaminya di negeri seberang. Bukit itu menjadi Bukit Primadona bagi masyarakat sekitar Sampungu, karena satu-satunya lokasi yang di sinyal-i oleh BTS terdekat hanya ada di situ. Mereka hadir dengan berbagai raut-raut keinginan dan membawa serta anak, istri dan keluarga.
Jika dilihat dari Penghasilan masyarakat di Desa tersebut, yang hanya berpenghasilan rata-rata Puluhan Juta/panen (Bawang), saya rasa cukup alasan untuk menggerakkan Pengusaha Jaringan Seluler untuk memasang salah satu BTS (Tower) di sekitar desa tersebut yang akan mampu menjangkau Desa Sai dan Desa Sampungu.
Bukit itu menjadi Sentrum Informasi bagi seluruh Masyarakat Desa Sampungu dan sekitarnya, Bukit yang menjadi Saksi kehidupan masyarakat yang sangat membutuhkan (malah menggantungkan hidup) pada Teknologi, saya merasa bangga berdiri diatas Bukit itu pertama kalinya dan sayapun menamakan Bukit itu dengan nama “Bukit Kerinduan” Desa Sampungu.