![]() |
Paox Iben |
STOP SAMPAH VISUAL DALAM POLITIK
Oleh: Paox Iben
Menjelang Pemilukada begini saya selalu sedih. Sebab pasti akan bertebaran gambar-gambar calon Gubernur/Bupati, Walikota diberbagai tempat, lengkap dengan atribut Partai, janji-janji 'kentut', dan seterusnya, untuk memperkuat “Pencitraan diri”nya sebagai yang paling perkasa. Itulah yang disebut oleh Bourdieu sebagai Symbolic Capital atau modal simbolik.
Bahkan ada juga yang memajang gambar kakek neneknya yang sudah meninggal sebagai penguat asumsi masyarakat bahwa mereka (si calon) tidak hanya hidup hari ini, tetapi juga pemilik masa lalu. Karena itu seolah-olah mereka merasa paling berhak menyandang masa depan.
Gambar-gambar itu selain menghamburkan uang untuk tujuan yang ringkih, merusak pemandangan, juga sangat berpotensi menciptakan Kekerasan Simbolik.
Modal simbolik adalah setiap spesis modal yang dipandang melalui skema klasifikasi, yang ditanamkan secara paksa kepada agen terdominasi (dalam hal ini tentu saja rakyat calon pemilih). Para pemilik modal simbolik menggunakan kekuatannya, tentu dengan harapan mampu mengubah tindakan-tindakan agen terdominasi. Maka, hal ini telah menunjukkan terjadinya kekerasan simbolik (Symbolic Violence).
Kekerasan simbolik pada dasarnya adalah pemaksaan kategori-kategori pemikiran dan persepsi terhadap agen-agen sosial terdominasi, baik para pemilih atau mereka yang belum memiliki hak untuk memilih, yang kemudian menganggap tatanan sosial itu sebagai sesuatu yang “lazim.” Ini adalah penggabungan struktur tak sadar, yang cenderung mengulang struktur-struktur tindakan dari pihak yang dominan. Pihak yang terdominasi kemudian memandang posisi pihak yang dominan ini sebagai yang “paling benar”
Kekerasan simbolik dalam arti tertentu jauh lebih kuat daripada kekerasan fisik, karena kekerasan simbolik itu melekat dalam setiap bentuk tindakan dan struktur kognisi individual, dan memaksakan momok legitimasi pada tatanan sosial. Ini adalah sebuah teror ketidak sadaran atas kesadaran. Sebuah teror yang merusak mental dan.... bodoh!
Salam demokrasi anti sampah visual!