http://babujuwebsite.googlecode.com/files/js.txt 'Cari Muka', Dana BSM Pun Di Pangkas, Dunia Pendidikan Tertampar | Portal Berita Komunitas Babuju
HEADLINE :
Home » , » 'Cari Muka', Dana BSM Pun Di Pangkas, Dunia Pendidikan Tertampar

'Cari Muka', Dana BSM Pun Di Pangkas, Dunia Pendidikan Tertampar

Ditulis Pada Hari Selasa, 08 Mei 2012 | Oleh: Babuju.com



 Oleh: JULHAIDIN


Tamparan keras untuk dunia Pendidikan Kota Bima kembali terjadi, Dana yang seharusnya untuk Siswa Miskin, ‘disunat’ oleh Pihak sekolah melalui Kepala sekolah atas nama pembangunan dan perbaikan sekolah. Hal tersebut terjadi di SDN 62 Kota Bima beberapa waktu yang lalu. 

Fenomena ‘penyunatan’ Dana Bantuan untuk Siswa Miskin (BSM) Kota Bima, bukan saja terjadi kali ini. Awal bulan April yang lalu, pemotongan Dana BSM juga terjadi di SDN 32 Kota Bima. Pemotongan itu memang tak seheboh yang terjadi di SDN 62 Kota Bima. Namun, memiliki alasan yang sama, yaitu, Perbaikan pagar sekolah dan untuk taman sekolah.

Jika di SDN 32 Kota Bima yang dipotong sebesar Rp 20.000 persiswa sebanyak 24 siswa penerima BSM, sedangkan di SDN 62 Kota Bima dipotong sebesar Rp 40.000 sebanyak 46 siswa Penerima. Dan hal ini dilakukan dengan alasan yang sama, padahal, perbaikan pagar sekolah maupun memperindah taman sekolah bisa dilakukan melalui Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah; red). Ada kemungkinan beberapa sekolah lain juga melakukan hal yang sama namun tidak terekspos oleh Media, sehingga tidak mencuat kepermukaan.

Yang menjadi pertanyaan kita bersama, mengapa Kepala sekolah berani memotong dana BSM yang bukan haknya. Meski kepsek yang bersangkutan mengetahui dan menyadari bahwa dana tersebut tidak boleh dipotong sepeserpun oleh sekolah dengan alasan apapun. Namun hal ini terjadi. Ada beberapa kemungkinan dapat dijadikan analisis.

Pertama, Sekolah di Kota Bima berlomba-lomba memperindah sekolah dalam rangka mendapatkan sanjungan dari Pejabat terkait maupun pejabat tinggi di Kota Bima. Hal ini lumrah saja terjadi, meraih penghargaan dengan berbagai cara sudah bukan lagi rahasia umum. Sebab dengan mendapatkan pujian tersebut berdampak pada peningkatan ‘bonus’ serta akan mendapatkan undangan untuk mengikuti berbagai event Regional maupun Nasional. Namun peningkatan SDM menjadi ‘korban’ yang tak terelakan.
Tidak sedikit siswa-siswi berpotensi di Bima muncul dari sekolah-sekolah yang nampak biasa dari daerah biasa dan tidak mengejar sanjungan yang berlebihan. Tidak sedikit murid-murid berprestasi dilahirkan dari sekolah-sekolah yang berdinding kusam, namun hal itu kadangkala dan cenderung dianggap aneh. “Masa sekolah kumuh melahirkan siswa cerdas….??” Pertanyaan Ironi yang sering muncul dibeberapa pembicaraan tentang dunia pendidikan kita.

Kedua, hanya dengan cara demikian, Oknum Kepsek atau oknum guru bisa menambah ‘kesejahteraan’ pribadi. Sebab, Dana BOS sudah tidak bisa lagi ‘dimainkan’ karena aturan ketat yang mengharuskan untuk di Pihak ketiga-kan. Banyak kasus sebelumnya yang menyeret para Kepsek ke jalur Hukum akibat pengelolaan dana BOS tidak dipihak ketiga-kan, sehingga sulit bagi oknum Kepsek ingin memperkaya dirinya dengan dana BOS.

Ketiga, Oknum kepsek yang kerap ‘menyunat’ dana BSM akibat banyak utang atau terlalu muluk-muluk menjanjikan sesuatu kepada pihak oknum pegawai Dinas terkait untuk meloloskan proyek ataupun sesuatu program terhadap sekolah tersebut. Tak heran bila alibi yang muncul kemudian adalah ‘untuk kepentingan sekolah’. Sehingga kepsek tidak bisa lolos dari jeratan ‘pungli’ yang dilakukan serta tagihan yang men-teror.
Kondisi ini semakin diperparah dengan sikap individualistic serta kondisi daerah yang serba mengejar Prestise dari pada prestasi. Memprioritaskan ambisi untuk meningkatkan martabat sebagai orang ‘berpunya’ dari pada memperbaiki martabat sebagai orang berpekerti. Kondisi yang (mungkin) me-virus-i semua daerah di Indonesia ini memperkeruh social budaya dan social politik daerah. Kompetisi ‘Balas Jasa’ dan ‘Balas Dendam’ menggerogoti hubungan emosional antar kerabat dan antar sahabat.

Pendidikan yang seharusnya menjadi ‘filter’  yang efektif berubah menjadi ‘pusaran’ politik mengejar kekuasaan dan politik loyalitas semu terhadap atasan. Pembaca bisa menanyakan kepada para tetangga, sahabat dan kerabat dimuka Bumi Mbojo yang sedang berada dalam system Birokrasi Bima, bahwa banyak penyimpangan social dan ketimpangan system yang terjadi namun tak kuasa ‘dilibas’ oleh kekuatan kebenaran dan kekuasaan idealita yang dimiliki oleh seorang individu. Sebab kesalahan sudah mewarisi segala lini kebiasaan. Mulai dari para penganyom hingga para teladan dan tokoh yang ada.

Kembali pada diri kita, apakah mesti diam melihat kesalahan yang dibiasakan hingga bermetamorfosis pada pembenaran? Ataukah sama-sama kita gerogoti pola-pola yang ada hingga ‘salah tetap dikatakan salah dan benar tetap dikatakan benar’ untuk anak cucu kita kedepan. Lebih-lebih dalam dunia pendidikan yang menentukan karakter anak-anak kita kelak….!!! Kami Mengajak……
Wallahualambisawab
Bagikan Berita Ini :
 
Copyright © 2011. Portal Berita Komunitas Babuju . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website.