![]() |
Ketua Komnas Perempuan, Yunianti Chuzaifah didampingi oleh Koordinator Pemulihan Kekerasan Terhadap Perempuan, di ruang Rapat Kantor Komnas Perempuan, Jakarta Pusat |
BABUJU Report, Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) merealis hasil
investigasi dan advokasinya selama di Bima dan Mataram pada akhir pebuari 2012
yang lalu. Investigasi dan advokasi yang dilakukan terkait Kasus Tragedi Sape –
Bima NTB.
Dalam advokasi yang dilakukan, Komnas Perempuan menemukan
tiga hal utama yang memerlukan eksplorasi dan kerjasama lebih lanjut dengan berbagai
pihak, atas keterlibatan dan perlakukan terhadap perempuan selama tragedi
terjadi dan rekonsiliasi dilakukan. “Tiga hal itu adalah soal Kebijakan yang
tidak responsive gender, kekerasan berbasis gender serta pemulihan bagi Korban”
Ungkap Yunianti Chuzaifah, Ketua Komnas Perempuan melalui releas yang diterima
oleh BABUJU Report tadi siang.
Masih menurut Yunainti, secara umum, ada dua hal yang
disorot oleh Komnas Perempuan pada peristiwa 24 Desember 2011 tersebut, yaitu
sector Pertambangan dan Sektor Keamanan. Menurutya, kebijakan pertambangan
lebih menekankan kepada eksploitasi sumber-sumber dan cenderung mengabaikan
fungsi perlindungan baik bagi lingkungan maupun masyarakat. “SK Bupati dengan
Kode 188 hanyalah dampak dari ketidakkonsistenan UU Minerlaba. Kami berpendapat
bahwa perlubya harmonisasi kebijakan pertambangan dari tingkat nasional dan
daerah dengan pasal 33 UUD 1945. Karena, bagaimanapun juga, masyarakat sipil
todak dapat ditangani dengan mengerahkan aparat yang berlebihan dan dipersenjatai”
Ungkapnya.
![]() |
Komunitas BABUJU & FOKKA Jakarta diskusi bersama Komnas Perempuan |
Sejak Tim Komnas Perempuan turun ke Bima pada tanggal 24
pebuari hingga 3 Maret 2012 yang lalu, diakuinya, hampir seluruh pemangku
kepentingan yang ditemui, tidak menaruh perhatian atas isu kekerasan berbasis
gender. Pengabadian dasar atas hal tersebut adalah dengan tidak melihat isu
konflik SDA dengan kondisi dan dampaknya bagi perempuan.
Keterlibatan anak-anak dan perempuan dalam aksi-aksi sebagai
partisipasi setara perempuan dalam perjuangan mempertahankan lahan pertanian sebagai
sumber kehidupan mereka. “Pemahaman tentang Korban, hanyalah sebatas mereka
yang mengalami luka fisik. Tidak dihubungkan dengan dampak secara luas terhadap
perempuan, seperti dampak psikologis maupun trauma” ujar Yunianti.
Dalam releasnya, Komnas perempuan berpendapat bahwa
pemulihan bukanlah sekedar memulihkan kondisi fisik yang mengalami luka tembak,
tetapi lebih luas dari itu. Termasuk
didalamnya partisipasi masyarakat dan rekonsiliasi. Komnas Perempuan melihat
tidak terjadi pelibatan masyarakat yang genuine,
namun sebatas kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat. Tidak juga terdeteksi
partisipasi perempuan didalamnya.
Komnas Perempuan menghargai upaya rekonsiliasi pasca
peristiwa 24 Desember 2011 yang dilakukan kepolisian maupun Pemerintah Daerah
juga oleh masyarakat itu sendiri. Seperti membuat selebaran, spanduk, melakukan
sosialisasi, melakukan upaya pengobatan, dan lain sebaginya. Tetapi belum
terdeteksi upaya rekonsiliasi dengan masyarakat yang tidak setuju dengan
Pertambangan, padahal sebaliknya telah terjadi pertemuan dengan masyrakat yang
setuju dengan pertambangan. “Masyarakat membangun system pemulihan untuk
dirinya sendiri, seperti sering berkumpul, saling menasehati, saling memberikan
dukungan maupun semacam bantuan pangan” jelasnya.
Menurut hasil advokasi dan investigasi yang dilakukan oleh
Komnas Perempuan selama 7 hari di Bima, Kecuali Dinsos dan Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Mataram, tidak ada satupun instansi yang memahami isu pemulihan. Jika
ada, tidak dalam skala prioritas yang dianggap pemulihan sebagai bagian
penanganan. “Upaya-upaya pemulihan secara sporadic memang dilakukan, tetapi
belum terjadi secara holistic seperti trauma healing pasca konflik” tutur
Yunianti.
Dalam kesempatan tersebut, Yunianti juga mengucapkan terima
kasih dan penghargaan kepada Komunitas BABUJU atas kerjasama yang dilakukan,
mulai dari Pelaporan Tragedi pada tanggal 6 Januari 2012, hingga menfasilitasi
beberapa pertemuan dan mendampingi selama proses advokasi serta investigasi
dilakukan. “Kami sangat berterima kasih kepada Komunitas BABUJU yang telah
membantu kami dan berkerjasama dalam pelaporan, investigasi, advokasi serta
pendampingan-pendampingan Tim yang turun ke Bima beberapa waktu yang lalu”
Jelasnya menutup releas yang diterima. (Liputan:
Ahyar/Nisa)