![]() |
Saat Team Evakuasi darat Menunggu Heli Bantuan di Pos III. Foto: Bima Dompu Eden |
BABUJU Report,- Meninggalnya Wamen (Wakil Menteri) ESDM (Energi Sumber Daya Mineral), Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo, Ph.D, yang dikenal nyentrik ini mengagetkan banyak pihak, termasuk Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, yang langsung memerintahkan Menteri ESDM, Jero wacik, untuk menjemput jenazah Pak Widjajono, langsung dari Sumbawa. Berikut catatan perjalanan yang dirangkum oleh Edi Mantaha atau dikenal Bima Dompu Eden (nama FB) -
Pada pagi yang cukup cerah dan ditengah kelelahan hingga membuat pak Widjajono, Wamen ESDM itu pingsan, anggota Team Panik. Sebagian anggota mencari kayu untuk dibuat tandu, namun karena tidak ada yang bisa digunakan disekitar lokasi, Tiang bendera terpaksa dipatahkan dan dipotong dua untuk rangka tandu. Sekitar pukul 09.30 Wita, pak Widjajono dibawa turun ke Lokasi yang lebih mudah untuk helipad (tempat pendaratan Helikopter). Selain itu, guna mendapatkan oksigen yang lebih baik. Sedangkan dilokasi pak Widjajono pingsan, berada kurang lebih 30 meter dari kawah Gunung Tambora. “Saya yang sehat bugar saja merasa mual menghirup belerang dekat kawah Tambora, apalagi pak Widjajono yang dalam keadaan sakit butuh penyerapan oksigen yang baik” cerita, Edi.
Jalan turun menuju Pos III sebenarnya mudah dan cepat, namun karena dalam keadaan me-nandu Wamen, pak Widjajono, anggota cukup berhati-hati, termasuk pak Ilham sabil. Selama perjalanan, kontak komunikasi dengan Pos II terus dilakukan untuk menanyakan posisi helicopter bantuan. Sekitar pukul 10.25 Wita, informasi dari PT STM melalui anggota Pos II mengatakan bahwa bantuan evakuasi akan diterbangkan pada pukul 12.15 Wita dan tiba dilokasi diperkirakan pada pukul 12.45 Wita. Informasi dari petugas di PT STM mengharapkan team darat agar sebisa mungkin mencari tempat datar untuk dibuatkan helipad pendaratan dan menginformasikan koordinat lokasi untuk dilanjutkan ke pilot heli sehingga SOS bisa dikirim.
Setelah menerima informasi dari Pos II, Team darat dibagi 2, satu Team menelusuri lekukan bukit sekitar untuk menemukan areal datar sebagai lokasi pendaratan heli. Dan satu team lainya, berupaya terus menandu pak Widjajono hingga ada isyarat dari Team pencari landasan heli. Sementara itu, kondisi medan yang menurun, kabut tiba-tiba menebal dan menghalangi jarak pandang. “Saat itu, jarak pandang kami hanya sekitar 10 hingga 15 meter saja, dan suasana yang kami rasakan begitu mencekam, mungkin karena panic” ungkap Edi.
Sekitar pukul 10.45 Wita, Team penandu minta istrahat dan gantian menandu. Saat itu, beberapa orang memeriksa keadaan serta denyut nadi pak Widjajono, termasuk Edi Mantaha. Setelah dipastikan, masih hidup, detak nadi dan jantung pak Widjajono semakin kuat, tidak selemah sebelumnya pada saat pak Widjajono pingsan. Edi mengkisahkan pada saat itu, kondisi cuaca mulai terang dan oksigen kembali normal. Edi meminta kepada Kadis Pertambangan Kab Bima, Ilham Sabil dan Staf pak Widjajono, untuk segera turun cepat untuk memastikan posisi heli dan kondisi di Pos III. “saya katakan kepada Pak Ilham bahwa tidak mungkin menunggu Heli diatas Pos III karena tidak ada areal datar serta cuaca kabut yang tak menentu. Info dari Pos II pun saat itu, Heli masih tetap berangkat pada pukul 12.15 Wita, sedangkan pada saat itu jam ditangan saya masih menunjukan pukul 11.10 Wita. Menunggu heli hanya menghabiskan waktu dilokasi, akhirnya kami putuskan untuk ditandu turun hingga di Pos III” lanjutnya.
Menjelang pukul 11.50 Wita, team pencari areal datar memberi tanda telah menemukan tempat landasan yang pas. Sebagian team yang lain menunggu pak Widjajono yang ditandu turun pelan-pelan, membuat landasan dari beberapa pakaian dan jaket yang berwarna kontras serta dinyalakan api disekitar landasan agar pilot heli mengetahui lokasi pendaratan. Namun kenyataannya hingga pukul 12.30 Wita, heli yang dijadwalkan akan tiba belum juga terdengar bunyinya serta terlihat tanda-tanda ada benda terbang yang menghampiri. Hal ini akibat simpangsiur informasi yang kami terima dari HT maupun HP beberapa anggota. “Sebagian anggota Team memutuskan untuk menunggu sambil beristrahat sejenak, sedangkan yang lain termasuk saya ngotot untuk terus berjalan turun karena kami melihat kabut yang mendekat dan angin yang mulai berhembus kencang” .
Masih menurut cerita Edi, GPS-nya yang Edi pegang diaktifkan untuk mengecek Koordinat lokasi serta ketinggian yang ada. Tercatat, bahwa pada saat itu, ketinggian masih 2.030 mdpl, sedangkan jarak dengan Pos III masih sekitar 1 km. Setelah dilacak, team baru turun sekitar 600 meter dari posisi puncak. Perdebatan pun terjadi, sebagian anggota meminta untuk tetap ditempat karena tidak mungkin turun terus dengan menandu dan sebagian anggota meminta untuk turun karena tidak mungkin bisa Helikopter akan mendarat ditengah kabut dan angin seperti saat itu. Setelah lama berdebat, Pak Ilham Sabil mengambil alih dan memutuskan untuk terus turun hingga mendapatkan informasi pasti posisi Helikopter dan jika telah sampai di Pos III, evakuasi sangat mungkin dilanjutkan dengan menggunakan Mobil Hartop yang telah menunggu.
Setelah 40 menit perjalanan atau sekitar pukul 13.10 Wita, akhirnya Team sampai di Pos III. Keadaan Cuaca lumayan baik meski masih kabut tipis. Pos II terus dihubungi, informasi yang diterima, bahwa Heli bantuan sudah dalam perjalanan menuju lokasi, diminta untuk tetap menunggu ditempat untuk memudahkan pilot memetakan lokasi dan areal pendaratan. Setelah beberapa menit menunggu, terdengar suara Helikopter yang melintas. Team yang sudah kelelahan mengejar waktu dan menuruni gunung berusaha melambaikan kain orange dan membentangkan beberapa kain kontras lainnya sebagai penanda lokasi pendaratan.
Namun helicopter yang diharapkan hanya melakukan maneuver beberapa kali dan meninggalkan lokasi. Nampak kekecewaan dan kekesalan yang amat dalam pada raut wajah anggota team. Setelah melakukan komunikasi dengan Pos II dan dilanjutkan ke Pengawas Kontrol PT STM, menyatakan bahwa pilot tidak bisa mendaratkan heli karena cuaca tidak mendukung yang disebabkan oleh kabut dan angin yang kencang dan akan sangat membahayakan bagi heli itu sendiri. Team diminta untuk terus melakukan evakuasi darat hingga ke Pos I Doropeti. Akibatnya, sebagian anggota team tetap terus mengontak Pos II dan beberapa Team SAR yang bisa dihubungi. Sebagian lagi tidak sabar dan meluapkannya dengan berteriak atas ketidakberpihakan keadaan yang ada.
Menurut informasi menara pengontrol PT STM, pilot helicopter hanya melihat mobil merah yang diparkir dekat Pos II dan tidak melihat dua mobil lainnya di pos III. Apalagi melihat tanda-tanda SOS dari darat. Hal ini membuat suasana semakin tak karuan. Beberapa anggota lainnya mencoba mendinginkan suasana dan mengambil kesimpulan untuk tidak usah menunggu heli lagi, dan terus melakukan evakuasi darat menuju Pos I Doropeti secepatnya. Sebelum melnajutkan Evakuasi Darat, Ibnu Kaldun (disapa Dae Adun), memeriksa kondisi pak Widjajono dan mengatakan jantungnya juga masih berdetak dan mulai normal. “Saya sampaikan pada anggota team untuk tidak berlama-lama menunggu bantuan disini, namun harus segera turun ke Pos I Doropeti.” Kisah Edi
Perjalanan dilakukan beberapa menit hingga sampai di lokasi parkir Hartop antara Pos III dan Pos II. Posisi hartop ditata sedemikian rupa agar tandu pak Widjajono bisa diletakkan dengan baik. Pak Widjajono diangkut ke atas Hartop ditemani oleh Pak Ilham Sabil, pak Jufri, Staf Wamen serta Crew TvOne. “Saya dan Dae Adun menggelantung disamping Hartop. Setelah sampai di Pos II, saya turun untuk mengambil mobil trada, sedangkan Hartop yang mengangkut pak Widjajono, jalan terus melewati Pos II menuju Pos I".
Kurang lebih 7 km dari Pos II, mobil Hartop yang ditumpangi pak Widjajono beserta Pak Ilham, Pak Jufri dan Dae Adun, diberhentikan oleh Team SAR dari Kab Bima yang juga sedang menuju Pos II untuk melakukan evakuasi darat. “Pada saat itu jam tangan saya menunjukan pukul 14.10 Wita. Mereka (Team SAR) meminta pak Widjajono untuk dipindah ke mobil team SAR. Namun anggota menolaknya, karena dianggap sama saja”.
Akhirnya seluruh team sampai di Pos I pukul 14.30 Wita, disusul kemudian oleh mobil Hartop pengangkut pak Widjajono yang dikawal dengan Mobil team SAR pada jam 14.50 Wita. Dokter puskesmas dari Calabai telah menunggu di Doropeti dan langsung memeriksa kondisi Pak Widjajono. Setelah dilakukan pemeriksaan secara mnyeluruh, yang disaksikan oleh Pak Ilham Sabil, Pak Jufri, Staf Wamen, Crew TvOne serta beberapa anggota kepolisian dan TNI yang sudah standby di Doropeti. Pada jam 15.55 Wita oleh Dokter Puskesmas Calabai, Prof.DR.Widjajono Partiwidagdo, P.hD, Wamen ESDM di nyatakan telah Meninggal Dunia.
Innalillahi wa innailaihi rodzi'un, anggota yang berada dilokasi pun murung berkabung, turut sedih dan mengisak tangis kehilangan yang mendalam. Lebih-lebih bagi anggota team yang telah berusaha dengan maksimal agar (Alm) Pak Widjajono segera mendapatkan pertolongan medis, namun Allah SWT berkehendak lain. Beliau pergi meninggalkan kita semua, kenangan terindah bersamanya sangat membuat Anggota Team Pendaki Berkabung dalam. “Saya sangat sedih, betapa orang yang akrab sekali mengobrol dengan saya dalam mobil sepanjang perjalanan menuju Tambora, harus dijemput oleh Sang Khalik begitu cepat.
Edi berkisah "Hingga saat ini, bila naik mobil dimalam hari terasa terbayang, beliau duduk disamping saya” Tuturnya. Salah seorang generasi cerdas Bangsa kini telah kembali kepangkuan Yang Maha Kuasa. Semoga Allah memberikan beliau tempat yang layak disisi Nya, sebagaimana Engkau memberikan pada orang yang beriman sebelumnya, dan terimalah amal soleh semasa beliau hidup agar beliau ditempatkan di Surga yang Engkau janjikan. Amin….