Euforia Perayaan Kelulusan UN 2011 di Dana Mbojo
(Catatan Penelusuran Sosial Komunitas BABUJU)
BABUJU Report,- Dari tahun ke tahun budaya coret mencoret pakaian seragam Sekolah dan konvoi kendaraan pasca pengumuman kelulusan menjadi sebuah tradisi yang turun temurun bagi siswa kalangan SMU dan se-derajat. Meski sudah ada upaya meminimalisir hingga pelarangan merayakan kelulusan UN dengan cara coret mencoret maupun Konvoi kendaraan dijalan raya. Namun, tetap saja para siswa melakukannya tanpa harus ‘main petak umpet’ dengan pihak yang berwenang. Namun, tahun ini ada sesuatu yang berbeda dalam perayaan kelulusan UN di Dana Mbojo (Kota/Kab Bima). Berikut catatan kecil hasil Penelusuran Komunitas BABUJU.
Hari senin, 16 Mei 2011 yang lalu adalah hari yang sangat dinanti-nanti oleh siswa/i SMU/SMK/MA se- derajat diseluruh Indonesia. Sebab pada hari itu, hasil jerih payah menimba ilmu selama 3 tahun dibangku menengah atas dan sederajat diumumkan. Berbagai ekspresi wajah Nampak di pagi yang cerah tersebut. Ada yang yakin akan lulus, ada pula yang ragu, demikian juga yang tidak yakin. Segalanya Nampak pada mimik menanti detik-detik pengumuman kelulusan.
Di Dana Mbojo, baik kota maupun kabupaten Bima, hal yang sama Nampak jelas sekali. Sejak pagi hari, siswa maupun siswi yang menanti Pengumuman sudah berjejer di masing-masing sekolah tempatnya mengabdikan diri pada ‘ruang-ruang’ pengetahuan. Dari pantauan Civitas Komunitas BABUJU, mulai dari Kecamatan Madapangga hingga Wera, Sape dan Langgudu, tidak ada yang berbeda. Semuanya hadir dalam ketenangan dan menenangkan diri.
Sekitar pukul 10.00 Witeng, pihak Sekolah mulai menyiapkan diri mengumumkan hasil Ujian Nasional yang menentukan lulus atau tidaknya siswa hasil didikan selama 3 tahun itu. Tak ayal. Ketika pengumuman lulus dikeluarkan, teriakan demi teriakan, keceriaan dan kegembiraan tidak bisa lagi dibendung. Namun, ada pula beberapa yang harus murung tetapi jumlahnya bisa dihitung jari.
Kelulusan SMA/SMK/MA se-Kota Bima pada tahun 2011 ini mencapai 99,90 % atau 3.612 orang, sedangkan kabupaten Bima 99,74 % atau 6.603 siswa dari 6.620 siswa yang mengikuti ujian. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya (2010; red) Tingkat kelulusan Kota Bima hanya 26 % dan kabupaten Bima hanya 68 %.
Pasca pengumuman itu diketahui, hampir semua siswa yang mengetahui dirinya lulus bersorak gembira. Siswa/i yang memiliki kendaraan bermotor langsung bergegas men-start-er motor masing-masing. Dan konvoi kendaraan roda dua pun dimulai. Nampak dijalanan sepanjang jalur-jalur Kota Bima, Jalan Negara Bolo-Madapangga, Jalan propinsi Monta – Woha, Ambalawi – Wera serta sepanjang jalur Sape – Lambu. Meski banyak aparat yang berjaga disetiap perempatan, pertigaan maupun jalur-jalur yang vital, namun tetap saja siswa/i menerobosnya dengan desingan knalpot yang menyengat telinga.
Hasil Pantauan BABUJU sekitar pukul 11.00 – 14.00 Witeng, disepanjang Pantai Lawata hingga Pantai Ni’u Kota Bima, gerombolan siswa berjejer dan mewarnai rambut serta mencoret-coret seragam mereka. Di pantai Kalaki, sekelompok siswi yang berjilbab serempak membuka jilbab dan berjoget ria dari alunan music ‘Caiya-Caiya’ India yang popular itu. Beda lagi disepanjang Pantai Mawu – Ambalawi hingga Nanga Wera, siswa melampiaskan kelulusannya dengan duduk berpasang-pasangan diatas motor masing-masing sambil menikmati panorama gunung Sangiang. Di Sape dan Lambu, sepanjang Pantai Papa, siswa/i berjejer bercengkrama ceria sambil sesekali saling kejar dan mencoreti seragam temannya.
Di Kota Bima, memasuki sore hari (Pukul 15.00 ;red), jalanan mulai sepi, siswa/i yang melakukan konvoi dan bergerombol kini menyerbu pesisir pantai dan tempat-tempat wisata alam lainnya. Misalnya di Pantai Lawata, dari pantauan BABUJU, Nampak para pelajar yang merayakan kelulusannya dengan berbagai acara, ada yang bakar-bakar ikan, ayam, ada pula yang hanya merayakannya berdua bersama pasangannya. Menurut Sharon, panggilan akrab penjaga Lawata, mengatakan bahwa sejak pagi jam 10.00 banyak pelajar SMU yang masuk kesini (Lawata ;red) untuk merayakan kelulusannya. “Dari tadi pagi mas, disini rame, dan dipenuhi oleh pelajar yang katanya sich lulus. Mereka duduk-duduk aza sambil mandi dan bakar-bakar ayam”. Ujarnya, ketika di hampiri oleh anggota BABUJU.
Ketika disisir oleh Anggota BABUJU di dalam areal lokasi wisata ‘Lawata’ sekitar pukul 18.30 Witeng (menjelang magrib), memang Nampak bekas-bekas makanan maupun minuman ringan yang baru saja ditinggalkan oleh para pelajar yang merayakan kelulusan. Ada juga sisa spidol maupun pewarna rambut. Namun yang lebih ironi, ditemukan beberapa kondom yang diduga baru digunakan, bungkusan kondom maupun tisu bekas usapan darah dan cairan kental diserakkan begitu saja, malah masih ada beberapa kondom dan tisu yang dikerubutin oleh semut. Kuat kemungkinan, selain pesta bakar-bakar ayam, ada juga beberapa oknum pelajar yang melakukan pesta seks (meski masih dugaan). Hal ini diperkuat oleh penuturan Saiful, pemuda Woha yang sengaja datang menikmati sunset bersama pacarnya dianjungan Lawata. “saya disini sejak jam 4 sore, saya sama pacar saya memang datang menikmati sunset disini (Anjungan). Sebelumnya, kami jalan keliling dulu tadi hingga dibagian atas. Memang kami sempat melihat beberapa pelajar yang berjoget disebelah utara, ada yang mendesah dan jalan teller, tapi saya nggak tahu akibat apa. Mereka berpasangan mas”, Ujarnya.
Lebih lanjut Saiful menuturkan “karena merasa risih, kami turun kesini. Meski kami tidak melihat langsung, tapi dari kejauhan Nampak mereka bermesum ria dilokasi sana” ujarnya, seraya menunjuk kearah bangunan Lawata bagian Utara.
Beda lagi disepanjang Pantai Mawu Ambalawi hingga Nanga Wera. Dilokasi wisata ini, para siswa bergerombol, sambil bercanda gurau disepanjang bibir pantai. Dari seragam sekolah siswi yang digunakan, Nampak corak bahwa seragam tersebut adalah seragam berjilbab. Namun, lebih dari setengah siswi yang merayakan kelulusan dipantai ini, tidak menggunakan Jilbabnya. Ada juga yang jilbab-nya hanya disimpan di bahu dan dikalungin dileher.
Dipantai Mawu, beberapa diantara mereka (siswa/i) memisahkan diri dari gerombolan dan mengambil posisi duduk masing-masing yang agak jauh dari kelompoknya. Sebagian ada yang memilih tempat dibalik semak-semak yang ada sepanjang pinggir pantai Mawu. Apa yang mereka lakukan dibalik semak-semak itu, tidak ada yang tahu dan bagi rekan-rekannya yang lain dianggap hal yang romantic dan ‘biasa aza kale’. “Emang kenapa mas? Mereka mau apa disana urusan mereka, biasa aza kale, kayak mas nggak tau aja urusan muda mudi” ungkap, Dewi, salah seorang pelajar asal Ambalawi, ketika didekati oleh Anggota BABUJU.
Alvin, salah seorang anggota civitas BABUJU yang mencoba mendekati semak-semak tempat beberapa siswa maupun siswi duduk memisahkan diri dari kelompoknya, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Karena apa yang dilakukan oleh sebagian pelajar dalam merayakan kelulusan mereka saat ini sudah jauh dari nilai ke-etis-an budaya timur dan kaum terpelajar serta mulai mengarah pada pola hidup ‘free habits’ atau berprilaku bebas semau-nya. (BERSAMBUNG)
(Liputan Penelusuran: Rangga/Fatwa/Ardy/Sudirman/ Dhan/Nissa/Anton/Santy/Sahrul)